PENGERTIAN KESEHATAN MENTAL
• Definisi luas → Pribadi yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan luas.
• Definisi sempit → Pribadi yang tidak mendapatkan
gangguan-gangguan berupa :
- Perasaan
rendah diri.
- Perasaan
bersalah.
- Ketidakmampuan.
- Perasaaan
tidak aman.
- Perasaan
gagal.
- Mudah curiga, dan perasaan negatif lainnya
ISTILAH KESEHATAN MENTAL
- Mental Hygiene : orientasi pada aspek
psikologis.
Sasaran
→ orang normal dan abnormal.
Penekanan
→ 3 upaya bina jiwa yaitu :
- Preventif (pencegahan).
- Kuratif (pengobatan).
- Preservatif (pemeliharaan).
2.
Mental illness
Pribadi mengalami sakit jiwa atau gangguan emosi berat.
Sasaran
→ orang yang mengalami gangguan emosi atau gangguan kepribadian yang sangat
berat, misalnya :
₁.
Schizophrenia paranoid,
₂.
Obsesif kompulsif,
₃.
Phobia.
SEJARAH KESEHATAN MENTAL
• Perintis
: Adolf Meyer dan William James. Mendirikan Komite Nasional Kesehatan Mental.
Mengadakan perubahan dalam penanganan rumah sakit jiwa. Mulai menggunakan
psikoterapi (pandangan dari Freud).
• Frank Parsons : Pendiri organisasi
bimbingan penyuluhan. Tujuan : Masyarakat mengetahui dan memahami arti sehat
secara menyeluruh.
• William Healy : Pendiri gerakan Kesehatan
Mental. Pendiri gerakan Child Guidance Clinic. Untuk anak-anak terlantar
fisik dan psikologisnya, maka klinik ini dibangun agar kesehatan mental anak
terpenuhi. Yaitu seluruh aspek dapat berkembang.
ADAPTASI DIRI DENGAN KESEHATAN MENTAL
Adaptasi diri = penyesuaian diri.
Faktor penentu:
1.
Bawaan
: Kepribadian dan motivasi.
2.
Lingkungan
: Budaya, Pendidikan, dan Pelatihan.
Kedua faktor saling terkait.
AGAR
PENYESUAIAN DIRI TERUS BERLANJUT MENGGUNAKAN DEFENCE MECHANISM (MEKANISME
PENYESUAIAN/ GAMES PEOPLE PLAY) → MENUTUPI KEKURANGAN DENGAN “PERMAINAN”.
TERJADI
SAAT :
1.
GAGAL MELAKUKAN PENYESUAIAN SECARA WAJAR, HADAPI KENYATAAN PAHIT, SITUASI
MENEKAN, DAN LAIN-LAIN.
2.
EGO MULAI TERANCAM.
DEFENCE MECHANISM
Karakteristik
Mekanisme Pertahanan Diri:
1.
Merupakan perilaku yang normal. Menjadi patologis bila digunakan secara
berlebihan.
2.
Umumnya digunakan secara tidak sadar dan berkembang menjadi kebiasaan.
3.
Mengubah persepsi realitas.
4.
Memerlukan tenaga tersendiri.
5.
Cenderung menjadi self-perpetuating. Individu berperilaku seperti itu
terus-menerus. Individu percaya itu sebagai bagian dari dirinya sendiri.
6.
Bersifat manipulatif. Mekanisme pertahanan menggambarkan upaya untuk konform,
menyesuaikan diri atau adaptasi terhadap lingkungan, yaitu usaha untuk
mempengaruhi dan membentuk lingkungan sesuai gagasan atau tujuan individu
tersebut.
Mekanisme
pertahanan ego secara umum dapat dikelompokkan sebagai :
1.
Teknik Pelarian Diri, yang dilakukan terutama untuk menghindari atau melarikan
diri dari situasi yang mengancam.
2.
Teknik kapitulatif, teknik yang memungkinkan seseorang untuk menyerah dan tetap
berada pada situasi yang merendahkan diri tanpa rasa kehilangan harga diri.
BENTUK-BENTUK TEKNIK PELARIAN DIRI :
1.
REPRESI, Proses memasukkan hal-hal atau pikiran
yang tidak dapat diterima, bersifat mengancam dan menyebabkan kekuatiran
kedalam alam ketidaksadaran.
Bila melakukan ini, biasanya muncul
dalam bentuk mimpi. Mekanisme represi secara tidak sadar menekan pikiran
keluar yaitu pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan dirinya, dari
alam sadar ke alam tak sadar. Misalnya: Bila individu bersama saudaranya
mengalami kecelakaan dan kemudian saudaranya meninggal dunia, maka ia akan
merasa “lupa” dengan kejadian tersebut.
2.
FANTASI, Proses menurutkan kata hatinya dalam
khayalan atau memikirkan hal-hal yang menyenangkan dalam imajinasi mengenai
tempat, benda, ataupun orang-orang sehingga individu merasa naik harga dirinya,
misalnya berperan sebagai orang penting, berkuasa dan sebagainya.
3.
PENYANGKALAN / DENIAL OF REALITA,
Proses mencegah masuknya hal-hal yang menyakitkan atau hal-hal yang menyebabkan
kecemasan, kegelisahan, atau ancaman dalam alam kesadaran. Penyangkalan
berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak
menyenangkan. Misal : Individu tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit
yang berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak
mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang terbelakang
dan sebagainya. Atau mengurung diri dalam kamar.
4.
INSOLASI, Proses tidak memperbolehkan dirinya
untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu. Hal ini didukung
oleh sikap dingin, asing, dan tidak mau terlibat. Seringkali individu menjadi
gagal dalam mendapatkan pengalaman yang berhubungan dengan kemanusiaan
dalam kehidupan. Misalnya, seorang Ayah
dapat saja memberikan uang pada anaknya, tapi ia tidak bisa mengekspresikan
cintanya dengan kata-kata atau perhatian.
5.
ISOLASI, Proses memisahkan diri atau mengasingkan
diri dari situasi yang dapat menyebabkan kecemasan. Isolisasi merupakan bentuk
penyekatan emosional. Misalnya bila seseorang menghadapi kematian keluarganya
maka kesedihan akan dikurangi dengan mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang
sudah tidak menderita lagi” dan sambil tersenyum.
6.
REGRESI, Melakukan kembali perilaku-perilaku
yang sebenarnya terdapat pada tahap perkembangan lebih awal. Misalnya : Anak
yang sudah besar mengompol atau mengisap jarinya atau marah-marah seperti anak
kecil agar keinginannya dipenuhi.
7.
SUBLIMASI, Menggantikan aktivitas yang tidak dapat
diterima masyarakat dan mengandung resiko dengan aktivitas yang aman dan dapat
diterima masyarakat. Sublimasi dapat digunakan untuk bersikap produktif.
Misalnya : seorang remaja yang sering coret-coret di dinding disebabkan defence
terhadap dorongan agresi oralnya atau Orang yang mempunyai dorongan kuat untuk
berkelahi disalurkan dalam olah raga keras misalnya bertinju.
8.
KOMPENSASI, Kompensasi merupakan upaya untuk
menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau pemuasan
secara frustasi dalam bidang lain. Misalnya karena kurang mampu dalam pelajaran
di sekolah dikompensasiakan dalam juara olah raga atau sering berkelahi agar
ditakuti.
9.
REACTION FORMATION, Menggantikan dorongan-dorongan yang
tidak dapat diterima dengan sikap yang berlawanan dan kadang-kadang dengan
sikap yang tidak toleran. Misalnya : Individu yang bersikap tidak perduli
padahal dalam hatinya ia ingin diterima dan ingin diperhatikan atau curhat
dengan teman, menangis sambil tertawa.
10. UNDOING (PELEPASAN),
Mengakui melakukan hukuman atau mendambakan hukuman untuk membersihkan diri
agar dapat menutupi perbuatan salah, baik yang merupakan kenyataan ataupun yang
hanya dalam perasaannya saja. Individu yang melakukan ini akan berbuat sesuatu
yang disukai orang yang telah dilukainya dengan cara memberikan bantuan ekstra.
Perasaan bersalah yang berlebihan adalah hal yang kurang baik.
11. ACTING OUT,
Menghilangkan ketidakpastian dan mengurangi tekanan dengan melakukan keinginan
terlarang sebagai upaya untuk memperkecil ketegangan batin. Etika dan moral
dalam masyarakat tidak mengijinkan acting out melakukan dorongan seksual.
12. SIMPATISME,
Membuat orang lain merasa iba dan merasa sedih serta memberikan dukungannya
kepada individu.
BENTUK-BENTUK TEKNIK KAPITULATIF :
1.
INTROJEKSI/INTERNALISASI. Menerima nilai-nilai dan sikap dari
luar sebagai miliknya. Merupakan salah satu cara nilai dan sikap orangtua
diterima oleh anaknya.
2.
IDENTIFIKASI. Upaya untuk menambah rasa percaya diri
dengan menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama.
Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau
mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju.
3.
INTELEKTUALISASI. Menerangkan dengan kata-kata, pikiran,
dan alasan yang masuk akal untuk menghilangkan perasaan-perasaan yang menyerang
dan untuk menghindari ketegangan serta hal-hal yang tidak menyenangkan.
Misalnya: seorang polisi dalam suatu keributan akan mengatakan,”Jangan panik.”
4.
RASIONALISASI. Membela diri dengan menerangkan secara
singkat untuk mengurangi kekecewaannya dengan cara mencari-cari alasan yang
dapat diterima masyarakat atas tindakannya. Individu mencari alasan untuk
membenarkan diri atas kekecewaan dan kegagalan yang dialami.
TIPE RASIONALISASI :
A. Tipe
Sweet Oranges : Individu puas dengan diri sendiri, dengan apa yang dipunya dan
selalu mengatakan semua baik-baik saja.
B. Tipe
Sour Grape : Individu meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang mereka inginkan
tidak dengan benar berharga. Misalnya : Seorang laki-laki yang ditolak cintanya
oleh wanita, akan mengatakan bahwa wanita tersebut tidak akan menjadi istri
yang baik.
5.
PROYEKSI. Memelihara harga diri dan perasaan tidak
aman dengan cara : Menempatkan kesalahan individu pada orang lain. Menyalahkan
orang lain jika tidak cocok dengan perasaan, keinginan, dan pikiran. Individu
cenderung melakukan ini untuk menutupi ketidakcakapannya dan menganggap orang
lain sebagai penyebab kegagalannya. Atau mengakui ide orang lain adalah idenya
sendiri, biasa terjadi dalam dunia kerja.
6.
DISPLACEMENT. Memindahkan perasaan, biasanya
kemarahan kepada orang lain atau objek. Misalnya : Individu menendang pintu
karena habis dimarahi atasannya.
Atau Kakak dimarahi orangtuanya tidak
berkutik kemudian pelampiasannya ke adik atau membanting gelas.
TIPS Agar Penyesuaian Diri
Berhasil
(Dikampus)
:
- MINAT. Jadinya timbul semangat.
- RASA INGIN TAHU. Mencaritahu
manfaat positif untuk diri sendiri.
- KEMANDIRIAN.
- RUTINITAS YANG POSITIF. Misal
Kenali waktu belajar.
- INGAT SAAT KITA SAKIT. UNTUK ITU
SELALU BERSYUKUR SETIAP DETIKNYA.
- MENGELOLA WAKTU.
- MENGELOLA STRESS : KENALI DIRI
SENDIRI, MENGEMBANGKAN CARA HIDUP SEHAT, DAN MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN
SPIRITUAL.
- MEMILIKI MENTAL SEHAT MISAL ALWAYS
POSITIVE THINKING DAN RELAX.
STRESS
Merupakan
respon organisme non spesifik dari tuntutan internal maupun eksternal.
Dibagi
dua :
1.
EUSTRESS : stress yang memberikan kesan
positif bagi tubuh kita.
2.
DISTRESS : stress yang merusak tubuh
kita.
EUSTRES
— Tidak
semua stress itu buruk.
— Eustress adalah konsep Selye yang menggambarkan sisi positif dari stress. Misalnya
:
v berkompetesi
di suatu kejuaraan
olahraga air, atletik, atau sepakbola.
v Mengikuti
lomba menulis novel.
v Atau
mengejar seseorang yang menarik.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS:
INTERNAL
:
1.
Tipe kepribadian (A/B)
A. Perfeksionis.
B. Santai berkualitas.
2.
Kepercayaan dan Sikap.
3.
Makna Hidup.
EKSTERNAL
:
- Peristiwa Hidup.
- Peristiwa Sehari-hari.
- Ada / Tidaknya Dukungan Sosial.
- Stressor Lingkungan, misal :
v Polusi udara dan air,
v Kebisingan
/ polusi suara,
v Demonstrasi,
v Tuntutan,
v Dan
lain-lain.
TANGGAPAN TERHADAP STRESS,
PANDANGAN BEHAVIOURISTIK BY CRIDER
- Stimulus Based Model.
Stress
dianggap stimulus yang :
• Overload.
• Penuh
pertentangan.
• Tidak
ada kontrol.
2.
Respon Based Model, Stress merupakan
respon / reaksi yang timbul jika situasi menekan.
Wujud respon :
a.
Fisiologis (psikosomatis) : merasa sakit, ketika check up ke dokter, tidak ada
penyakit yang diderita.
b.
Psikologis
v Emotional Distruption : gangguan emosi,
misalnya Rasa malu yang berlebihan atau perasaan bersalah yang berlebihan.
v Cognitive
Distruption : Pola pikir yang mengalami distorsi /
penyimpangan. Misal negative thinking yang berlebihan mengakibatkan kecurigaan
atau rendah diri.
3.
Interaksi Stimulus-Respon Model
Stress
merupakan gabungan dari stimulus dan respon.
YANG
MEMPENGARUHI STRESS / DAMPAK STRES
BURNOUT
— Perasaan
tidak berdaya dan tidak memiliki harapan, yang disebabkan oleh stress akibat pekerjaan
yang sangat berat.
— Burnout
membuat individu merasa sangat kelelahan secara fisik dan emosional.
— Misalnya
: Di sejumlah kampus, burnout akibat kuliah membuat para mahasiswa
berhenti sebelum memperoleh gelar.
KONFLIK
— Terjadi
ketika individu harus mengambil keputusan dari dua atau lebihstimulus yang
tidak cocok.
— Terdapat
tiga tipe konflik, yaitu :
- Konflik Mendekat/Mendekat (Approach/Approach
conflict).
Terjadi bila individu harus memilih
antara dua stimulus atau keadaan yang sama-sama menarik.
Misalnya : Apakah individu pergi dengan
seseorang yang tampan dan tinggi atau yang kaya dan pendek?
Konflik ini tingkat stressnya paling
rendah karena dua pilihan memberikan hasil positif
- Konflik Menghindar/Menghindar (Avoidance/Approach
conflict).
Terjadi bila individu harus memilih
antara dua stimulus yang sama-sama tidak menarik. Individu sebenarnya ingin
menghindari keduanya, namun harus memilih salah satunya.
Misalnya: Apakah individu harus
mengerjakan ujian atau harus memilih tidak datang dan mendapatkan nilai nol? Konflik
seperti ini lebih menyebabkan stress.
- Konflik Mendekat/Menghindar (Approach/Avoidance
conflict.
Terjadi bila hanya ada satu stimulus atau
keadaan namun memiliki karakteristik yang positif dan juga negatif.
Misalnya: Pada saat mengerjakan skripsi
ditawari pekerjaan proyek oleh suatu perusahaan. Kemungkinan untuk bekerja
merupakan hal yang menarik, namun di sisi lain, bekerja pada saat ini dapat
menghambat penyelesaian skripsi.
FRUSTRASI
— Situasi
apapun di mana individu tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
— Kegagalan
dan kehilangan adalah dua hal yang membuat frustasi.
— Misalnya
:
ü Tidak
mendapatkan nilai yang cukup.
ü Kematian
seseorang yang dekat.
ü Perceraian
orangtua.
ü Teman
yang bunuh diri.
ü Atau
menumpuknya gangguan sehari-hari.
TIGA FASE REAKSI STRESS
GENERAL ADAPTATION SYNDROME (GAS) BY HANS SELYE
GENERAL ADAPTATION SYNDROME (GAS) BY HANS SELYE
— 1.
Reaksi Peringatan (Alarm).
Ada
dua tahap :
1.1.
Tahap Peningkatan Alarm.
Individu
mengalami kondisi schock bersifat
sementara, suatu masa dimana pertahanan terhadap stress ada di bawah normal.
Individu
mengenali keberadaan stress dan mencoba menghilangkannya.
Selanjutnya
1.2.Tahap Counterschock.
Pertahanan
terhadap stress mulai muncul ditandai dengan korteks adrenal mulai nembesar dan
pengeluaran hormon stress meningkat.
Tahap
alarm berlangsung singkat. Tidak lama kemudian individu bergerak memasuki Tahap
Reaksi Perlawanan (Resistance).
— 2.
Reaksi Perlawanan. Pertahanan terhadap stress menjadi
semakin intensif.
ADA DUA KEMUNGKINAN.
Kemungkinan pertama :
SUKSES
MELAWAN STRESS.
KHAWATIR REDA. KEMBALI NORMAL.
Kemungkinan
kedua :
GAGAL
Terus
mengalami stress.
ACTH
(Adrenor Tirotropic Hormon) → meningkatnya hormon yang menimbulkan
kecemasan. Ditandai :
Tekanan
darah, Detak jantung, Suhu tubuh, dan Pernafasan meningkat.
— 3.
Reaksi Kelelahan (Exhausted).
Individu
mungkin jatuh pingsan di tahap reaksi kelelahan ini.
— Gagal
mengelola distress.
— Akibatnya
:
q Tubuh rentan penyakit.
q Disfungsi
organ tubuh seperti jantung, saluran pencernaan, paru-paru dan otak.
KRITIK UTAMA TERHADAP PANDANGAN SELYE
BY
HOBFOLL
Manusia
tidak selalu bereaksi terhadap stress
dengan
cara yang sama seperti yang Hans Selye kemukakan.
Yang
perlu diketahui adalah Adanya perbedaan, kepribadian, struktur fisik, persepsi,
dan konteks di mana stressor, atau penyebab stress tersebut muncul.
MANAJEMEN STRESS
ž Definisi
kesehatan mental dari APA Dictionary of Psychology & dari WHO:
mental health: a state of mind characterized by emotional well-being, good behavioral adjustment, relative freedom from anxiety and disabling symptoms, and a capacity to establish contructive relationships and cope with ordinary demands and stressses of life.
(‘APA Dictionary of Psychology’, Ed in Chief Gary R. VandenBos, PHD, American Psychological Association, 2007)
mental health: a state of mind characterized by emotional well-being, good behavioral adjustment, relative freedom from anxiety and disabling symptoms, and a capacity to establish contructive relationships and cope with ordinary demands and stressses of life.
(‘APA Dictionary of Psychology’, Ed in Chief Gary R. VandenBos, PHD, American Psychological Association, 2007)
ž TheWorld
Health Organization defines mental health as "a state of well being in
which the individual realizes his or her own abilities, can cope with the
normal stresses of life, can work productively and fruitfully, and is able to
make a contribution to his or her community".
ž
JENIS STRESSOR :
ž Stressor
fisik berasal dari luar seperti Zat kimia, polusi, makanan, mikroba, radiasi, suara,
obat-obatan, suhu udara, kelembaban, trauma, latihan fisik.
— Stressor psikologis berupa emosi yang sangat
kuat, biasanya yang bersifat negatif, seperti : frustrasi, anxietas, rasa
bersalah, kuatir, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri,
rasa rendah diri, takut.
— Stressor sosial yaitu tekanan dari luar yang
disebabkan oleh interaksi individu dengan lingkungannya. Banyak stressor sosial
yang bersifat traumatik dan tak dapat dihindari, seperti : Kematian orang yang
dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun, perceraian, masalah keuangan, atau
pindah rumah.
Normal
Adjustsm By SCHNEIDERS
- Mengendalikan emosi, misalnya :
umat muslim dengan berpuasa dan dzikir.
- Sedikit menggunakan Defence
Mechanism.
- Pertimbangkan rasional.
- Belajar dari pengalaman.
- Sikap realistis dan objektif.
MENGELOLA STRESS BY FOLKMAN
DAN LAZARUS
COPING BEHAVIOUR (PERILAKU
MENGHADAPI STRESS)
- Problem Focused Coping (P). Menitikberatkan pada upaya
memecahkan masalah untuk menghentikan stress.
- Emotion-focused
coping (E), yang menekankan pada regulasi emosi.
v Planful
problem-solving (P).
Melakukan analisa untuk mendapatkan solusi dan langkah-langkah untuk
menyelesaikan masalah.
ex: Tahu bahwa Anda akan menghadapi tiga ujian
sekaligus di hari Senin, Anda kemudian menimbang-nimbang waktu yang Anda punyai
untuk belajar; tingkat kesulitan sekaligus banyaknya bahan tiap ujian untuk
dapat menentukan bahan mana yang akan Anda pelajari lebih dulu; proporsi waktu
belajar; dan cara belajar apa yang efektif.
v Confrontive
coping (P). Dalam melaksanakan strategi ini,
Anda berani untuk melakukan respon yang asertif untuk merubah situasi.
EX: Anda
melancarkan keberatan pada dosen atau pihak fakultas tentang dilaksanakannya
tiga ujian sekaligus dalam satu hari.
v Seeking
social-support
(P/E). Strategi ini dapat dilakukan
untuk menyelesaikan masalah maupun untuk regulasi emosi.
EX: Cemas harus
menghadapi ujian 3 sekaligus, Anda bisa meminta bantuan seorang teman untuk
mengajari Anda (P) atau berkeluh kesah pada sahabat (E).
v Self-control (E) mencakup pengendalian diri untuk memodulasi emosi. Marah sekali karena ujian 3 sekaligus, namun
anda tetap berusaha mengendalikan emosi anda.
v Distancing (E) terjadi saat Anda, umumnya secara kognitif, tidak ingin stress dengan
cara “menjauhi” permasalahan yang Anda hadapi. Anda berusaha tidak memikirkan
ujian 3 sekaligus tersebut, atau Anda membangun pemahaman, “Ah, itu kan cuma
untuk nilai ujian. Gurunya juga menilai usaha kita kan.”
v Escape-Avoidance
(E). Dalam pelaksanaannya, Anda “melarikan diri” dari
masalah yang Anda hadapi. Anda dapat melakukannya dengan tenggelam dalam
pikiran bahwa masalah ujian tersebut dapat terselesaikan dengan sendirinya atau
Anda menyerah dan hanya pasrah.
v Accepting
Responsibility ( E).
Menyadari
posisi dalam permasalahan sekaligus berupaya memperbaiki keadaan.
Ex:Saat
pengambilan KHS ada nilai yang tidak seperti yang Anda harapkan, Anda mungkin
saja melihatnya sebagai akibat dari ketidakmampuan Anda melakukan pembagian
waktu belajar yang baik. Untuk itu, Anda menerima kekurangan tersebut dan
melakukan perbaikan dalam hal study.
ž Positive
reappraisal (E) adalah saat Anda mencoba mendapatkan
pemahaman positif dari sebuah masalah. ex: Walaupun Anda patah hati karena
merasa tidak cukup menarik sehingga si gebetan tidak memperhatikan Anda, hal
tersebut Anda lihat sebagai pengalaman berharga yang mengajarkan sesuatu.
UPAYA MENGURANGI TEKANAN AKIBAT STRESS
— Latihan
Relaksasi.
Mengurangi
rasa cemas, menidurkan mereka yang insomnia dan mengurangi sakit kepala yang
ditimbulkan oleh stress.
Prosedur
: - Pengenduran otot tubuh, secara teratur dan berulang, relaksasi dipakai
dalam menghadapi stress,
prosedur kognitif untuk menenangkan
pikiran, dengan memberi kata-kata penguat (do’a), atensi pasif menghadapi
stress.
ž Self-talk
~ Percakapan Kalbu.
Sejak kecil kita punya ‘perlengkapan’
berpikir yaitu percakapan kalbu,dimana kita biasa mendengar apa yang hati
nurani katakan kepada kita. Isi percakapan itu bisa positif, membuat kita
optimist, tetapi seringkali juga negative, membuat kita tertekan-stress. Kita
masih perlu lebih mengembangkan arah percakapan kalbu yang positif. Dalam hal menangani stress, kita perlu bisa
secara sadar mengganti isi percakapan yang tidak mendukung dengan kalimat yang
bisa mendukung kita. Langkah ini biasa disebut percakapan kalbu: ‘stop~ganti’
yang bisa kita latihkan di diri kita. “SAYA PASTI BISA”
Solusi
lain:
1.
Diagnosis personal dari stress.
2.
Pengetahuan tentang stress .
3.
Berpikir positif dan sikap yang positif.
4.
Manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.
5.
Aktivitas fisik dan nutrisi, termasuk olahraga dan mengembangkan hobi.
6.
Aktivitas otak kiri dan kanan yang seimbang.
7.Toleransi/
fleksibilitas/ adaptabilitas.
8.
Enthusiasm/semangat.
9.
Rasa humor.
10.
Kebijaksanaan.
11.
Social Support.
12.
Siraman rohani.
CEMAS
SAAT UJIAN
Cemas menghadapi ujian atau test adalah
salah satu bentuk stress yang lumrah dihadapi oleh hampir semua orang,
bagaimana kita sebaiknya menangani stress tersebut. Kecemasan dalam kadar
sedikit, tidak apa-apa, malah bagus sebab bisa memotivasi kita untuk belajar
lebih giat mempersiapkan diri menghadapi ujian. Namun demikan, apabila
kecemasan tersebut sudah berlebihan, bisa menjadi distress, justru akan
membuat prestasi kita terganggu sebab kita tidak bisa berpikir dengan jernih.
Lebih parah, apabila kecemasan ini kita pergunakan sebagai alasan ‘excuse’,
maka hal itu akan merusak kepribadian kita.
CARA
MENGATASI CEMAS SAAT UJIAN
1.
Biasakan diri dengan situasi ujian, dengan cara antara lain :
a. Kenali ruang dimana kita akan ujian
b. Belajar memadai, dan banyak berlatih
sesuai tipe ujian (open-end,multiple choice atau essay ) yang akan dihadapi.
2.
Kendalikan emosi, pikiran dan tindakan
a. Hindari kecenderungan meragukan diri ataupun percakapan kalbu negative. Apabila kita memang ragu
kurang menguasai bahan, tidak ada cara lain cobalah belajar, kuasai secara
memadai. Selanjutnya apabila ada percakapan pikiran negative, lakukan teknik
‘sop-ganti’ dan katakan “SAYA PASTI
BISA”.
3.
Persiapan Fisik.
ž a.
Asupan nutrisi yang
sesuai untuk situasi ujian ( tidak terlalu kenyang, bergizi dan seimbang )
ž b.
Cukup istirahat dan
relax.
ž c.
Sebaiknya tetap
lakukan exercise seperlunya.
4.
Pelajari skill relaksasi yang amat menolong segera :
a. Tarik nafas dalam secara teratur.
Metode ini merupakan teknik yang paling sederhana, yang bisa menolong kita
menenangkan respons fisiologik/faal yang ditimbulkan oleh perasaan kita.
b. Berdoa dan upaya spiritual lainnya.
JUVENILE DELIQUENCY (PENYIMPANGAN / PERILAKU
ABNORMAL)
APAKAH
JUVENILE DELIQUENCY ITU?
— Tindakan
individu yang sengaja melanggar aturan hukum dan disadari oleh individu
tersebut bahwa jika tindakannya diketahui oleh pihak berwenang maka individu
akan mendapatkan hukuman.
— Misalnya
menyimpang dari norma, aturan keluarga, atau hukum-hukum yang berlaku.
EMPAT MACAM JUVENILE
DELIQUENCY
— 1. Penyimpangan menimbulkan korban fisik pada orang lain, Misal :
perkelahian, pemerkosaan, dan pembunuhan.
— 2.
Penyimpangan menimbulkan korban kehilangan materi, Misal : pemerasan dan
pencurian.
— 3.
Penyimpangan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak lain, tetapi di
pihak sendiri, Misal : Penggunaan NAZA, pelacuran, dan sex bebas.
— 4.
Penyimpangan yang melawan status, Misal: Membolos (mengingkari status sebagai
pelajar), atau minggat dari rumah.
JUVENILE DELIQUENCY NAPZA
CARA PANDANG :
- Segi Hukum : Melanggar peraturan
/ Undang-undang.
- Segi Psikososial : Korban dari
oknum yang tidak bertanggung jawab (karena dipengaruhi).
- Segi Kesehatan : Pasien yang
membutuhkan bantuan / terapi.
WHAT
DO U THINK, GUYS DAN GALS?
MACAM-MACAM NAPZA, FAKTOR
PENYEBAB, DAN DAMPAK BURUK NAPZA WAJIB DIPAHAMI OLEH MAHASISWA PSIKOLOGI KARENA
BERKAITAN DENGAN KONTRIBUSINYA DALAM MASYARAKAT MELIPUTI USAHA PREVENTIF DAN
INTERVENSI.
Narkoba
atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan /
psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan psikologi.
Yang
termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.
NARKOTIKA
Menurut
UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika terdiri dari 3 golongan :
Narkotika terdiri dari 3 golongan :
— Golongan
I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
— Golongan
II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir
dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh
: Morfin, Petidin.
— Golongan
III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan / atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.
PSIKOTROPIKA
Menurut
UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental
dan perilaku.
Psikotropika
terdiri dari 4 golongan :
— 1.
Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
— 2.
Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
— 3.
Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
— 4.
Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam (
BK, DUM ).
ZAT ADIKTIF LAINNYA :
Yang
termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif
diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
— 1.
Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari –
hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau
Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3
golongan minuman beralkohol :
a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % (
Bir ).
b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % (
Berbagai minuman anggur )
c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % (
Whisky, Vodca, Manson House, Johny Walker ).
— 2.
Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem,
Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
— 3.
Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
EFEK TERHADAP PERILAKU YANG DITIMBULKAN
DARI NAPZA
— 1.
Golongan Depresan ( Downer ). Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi
aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi tenang dan
bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda ( Morfin,
Heroin, Codein ), sedative ( penenang ), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer
(anti cemas ).
— 2.
Golongan Stimulan ( Upper ). Adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh
dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif,
segar dan bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
— 3.
Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi
yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang
yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis ( ganja
).
Penyalahgunaan
adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau
teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik,
psikis dan gangguan fungsi sosial.
Ketergatungan
adalah : keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga
tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah ( toleransi ), apabila
pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus obat (
withdrawal symptom ).
PENYALAHGUNAAN NAPZA
1. Opiada,
terdapat 3 golongan besar :
a.
Opioda alamiah ( Opiat ) : Morfin, Opium, Codein.
b.
Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin.
c.
Opioda sintetik : Metadon.
— Nama
jalanan dari Putauw : ptw, black heroin, brown sugar.
— Heroin
yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak murni berwarna putih
keabuan.
Dihasilkan
dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan proses tertentu dihasilkan
putauw, yang kekuatannya 10 kali melebihi morfin.Sedangkan opioda sintetik
mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Morfin, Codein, Methadon
adalah zat yang digunakan oleh dokter sebagai penghilang sakit yang sangat
kuat, misalnya pada opreasi, penderita cancer.
Reaksi
dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan perasaan ingin
menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan
kehilangan percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi.
Pemakai akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa bahwa lingkungannya
menjadi musuh.
2. KOKAIN :
Kokain berupa kristal putih, rasanya
sedikit pahit dan lebih mudah larut
Nama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju.
Cara pemakainnya : membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.
Nama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju.
Cara pemakainnya : membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.
Efek pemakain kokain : pemakai akan
merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri, dan dapat
menghilangkan rasa sakit dan lelah.
3.KANABIS :
Nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang.
Nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang.
— Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis
indica.
— Cara penggunaan : dihisap dengan cara
dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
— Efek rasa dari kanabis tergolong cepat,
pemakai cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebihan ( euphoria ),
sering berfantasi / menghayal, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi,
sensitive, kering pada mulut dan tenggorokan.
4.AMPHETAMINE :
Nama
jalanan : seed, meth, crystal, whiz.
Bentuknya
ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan dan juga tablet.
Cara penggunaan : dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air.
Cara penggunaan : dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air.
Ada
2 jenis Amphetamine :
a.MDMA-(methylene-dioxy-methamphetamine)
Nama-jalanan:Inex,xtc.
Dikemas-dalam-bentuk-tablet-dan-capsul.
b.Metamphetamine-ice
Nama jalanan : SHABU, SS, ice.
Nama-jalanan:Inex,xtc.
Dikemas-dalam-bentuk-tablet-dan-capsul.
b.Metamphetamine-ice
Nama jalanan : SHABU, SS, ice.
Cara
pengunaan dibakar dengan mengunakan alumunium foil dan asapnya dihisap atau
dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus(bong).
5. LSD ( Lysergic Acid ).
Termasuk dalam golongan halusinogen.
— Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.
— Bentuk : biasa didapatkan dalam bentuk
kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan
gambar. Ada juga yang berbentuk pil dan kapsul.
— Cara penggunaan : meletakan LSD pada
permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30 – 60 menit kemudian, menghilang
setelah 8 – 12 jam.
— Efek rasa : terjadi halusinasi tempat,
warna, dan waktu sehingga timbul obsesi yang sangat indah dan bahkan
menyeramkan dan lama – lama menjadikan penggunaanya paranoid.
6.SEDATIF–HIPNOTIK-(BENZODIAZEPIN)
:
Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan hipnotika ( obat tidur ).
Nama jalanan : Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.
Cara pemakaian : dengan diminum, disuntikan, atau dimasukan lewat anus.
Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien yang mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat tidur.
Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan hipnotika ( obat tidur ).
Nama jalanan : Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.
Cara pemakaian : dengan diminum, disuntikan, atau dimasukan lewat anus.
Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien yang mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat tidur.
7. SOLVENT / INHALASI :
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek api gas, Tiner, Cairan untuk dry cleaning, Uap bensin. Biasanya digunakan dengan cara coba – coba oleh anak di bawah umur, pada golongan yang kurang mampu. Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala berputar, halusinasi ringan, mual, muntah gangguan fungsi paru, jantung dan hati.
8. ALKOHOL :
Merupakan
zat psikoaktif yang sering digunakan manusia
Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi – umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100 %. Nama-jalanan:booze,drink. Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan kesadaran.
Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi – umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100 %. Nama-jalanan:booze,drink. Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan kesadaran.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
— FAKTOR
INDIVIDUAL :
Kebanyakan dimulai pada saat remaja,
sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial
(Santrock).
- Alasan
fisik: ingin santai, ingin aktif, menghilangkan rasa sakit, lebih kuat,
dan merasa lebih gagah.
- Alasan
emosional: pelarian, mengurangi ketegangan,
mengubah suasana hati, memberontak, balas dendam.
- Alasan intelektual : bosan dengan
rutinitas, ingin coba-coba, suka menyelidik,dan faktor belajar.
- Alasan interpersonal : ingin
diakui, menghilangkan rasa canggung, tekanan kelompok, solidaritas, ikut
mode, dan agar tidak dianggap “lain”.
- Alasan Adat/Kepercayaan:
persyaratan ritual.
2.
Faktor Lingkungan :
Faktor
lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik sekitar
rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat (dari berbagai penelitian).
Lingkungan
Keluarga :
— a.
Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
— b.
Hubungan keluarga kurang harmonis
— c.
Orang tua yang bercerai, kawin lagi
— d.
Orang tua terlampau sibuk, acuh
— e.
Orang tua otoriter
— f.
Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
— g.
Kurangnya kehidupan beragama.
Lingkungan
Sekolah :
a.
Sekolah yang kurang disiplin
b.
Sekolah terletak dekat tempat hiburan
c.
Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri
secara kreatif dan positif
d.
Adanya murid pengguna NAPZA.
Lingkungan
Teman Sebaya :
a.
Berteman dengan penyalahguna
b.
Tekanan atau ancaman dari teman.
Lingkungan
Masyarakat / Sosial :
a.
Lemahnya penegak hukum
b.
b. Situasi politik, sosial dan ekonomi
yang kurang mendukung.
Faktor
– faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat seseorang kelak menjadi
penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor – faktor diatas, semakin
besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA.
GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN
NAPZA
1.
Perubahan Fisik :
— -
Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis
(acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
— –
Bila terjadi kelebihan dosis (Overdosis ) : nafas sesak, denyut jantung dan
nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
— –
Saat sedang ketagihan (Sakau) : mata merah, hidung berair, menguap terus,
diare, rasa sakit seluruh tubuh, kejang, kesadaran menurun.
— –
Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap
kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.
2.Perubahan
Perilaku
— - Prestasi
di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas,
kurang bertanggung jawab.
— –
Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas
atau tempat kerja.
— –
Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin.
— –
Sering mengurung diri, berlama – lama di kamar mandi, menghidar bertemu dengan
anggota keluarga yang lain.
— –
Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh anggota
keluarga yang lain.
— –
Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas
penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau
keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan dengan polisi.
— –
Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan,
curigaan, tertutup, dan penuh rahasia.
KATEGORI PEMAKAI
Ketergantungan
Primer :
q Ciri-ciri
Pemakai : Depresi, emosi tidak stabil.
q Perlakuan
: Terapi.
Ketergantungan
Simptomatis :
• Ciri-ciri
Pemakai : Kepribadian Antisosial, Psikopat (Merasa paling benar, Melawan hukum)
• Perlakuan
: Dikenai sanksi hukum.
Ketergantungan
Reaktif :
ü Ciri-ciri
Pemakai : Ingin coba-coba, Mudah sekali terpengaruh lingkungan dan tekanan.
ü Perlakuan
: Rehabilitasi perawatan.
TAHAPAN
1.
COBA-COBA (EXPERIMENTATION)
— Pada
tahap ini, individu merasa yakin dapat mengendalikannya. Hal tersebut merupakan
KEYAKINAN YANG KELIRU.
2.
PENGGUNA RUTIN (ROUTINE USE).
— Pengguna
mulai memusatkan hidupnya pada NAZA.
— Mengalihkan
perhatian pada NAZA.
— Mulai
mencuri untuk mendapatkan NAZA.
3.
KETERGATUNGAN (ADDICTION)
— Tidak
kuasa untuk menolak.
— Jika
pemakaian dihentikan, adanya ketergantungan fisik dan psikis (gejala putus
zat), maka : ketagihan tidak dapat ditunda.
— Biasanya
jadi overdosis.
DAMPAK PENYALAHGUNAAN NAPZA.
NAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya
:
1.
Komplikasi Medik : biasanya digunakan dalam jumlah yang
banyak dan cukup lama. Pengaruhnya-pada:
a.
Otak dan susunan saraf pusat :
-gangguan-daya-ingat
-gangguan-perhatian/konsentrasi
-gangguan-bertindak-rasional
-gangguan-perserpsi-sehingga-menimbulkan-halusinasi
-gangguan-motivasi,sehingga-malas-sekolah-atau-bekerja
- gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik / buruk.
-gangguan-perhatian/konsentrasi
-gangguan-bertindak-rasional
-gangguan-perserpsi-sehingga-menimbulkan-halusinasi
-gangguan-motivasi,sehingga-malas-sekolah-atau-bekerja
- gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik / buruk.
b. Pada saluran napas : dapat terjadi
radang paru (Bronchopnemonia). pembengkakan paru (Oedema Paru )
c. Jantung : peradangan otot jantung,
penyempitan pembuluh darah jantung.
d. Hati : terjadi Hepatitis B dan C yang
menular melalui jarum suntik, hubungan seksual.
e. Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV
/ AIDS.
Para pengguna NAPZA dikenal dengan
perilaku seks resiko tinggi, mereka mau melakukan hubungan seksual demi
mendapatkan zat atau uang untuk membeli zat. Penyakit Menular Seksual yang
terjadi adalah : kencing nanah, raja singa (Siphilis) dll. Dan juga pengguna
NAPZA yang mengunakan jarum suntik secara bersama – sama membuat angka
penularan HIV / AIDS semakin meningkat. Penyakit HIV / AIDS menular melalui
jarum suntik dan hubungan seksual, selain melalui tranfusi darah dan penularan
dari ibu ke janin.
F.
Sistem Reproduksi : sering terjadi kemandulan.
g.
Kulit : terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan jarum suntik,
sehingga mereka sering menggunakan baju lengan panjang.
h.
Komplikasi pada kehamilan :
-Ibu:anemia,infeksivagina,hepatitis,AIDS.
-Kandungan:abortus,keracunan-kehamilan,bayi-lahir-mati
- Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah.
-Kandungan:abortus,keracunan-kehamilan,bayi-lahir-mati
- Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah.
2.
Dampak Sosial :
a.
Di Lingkungan Keluarga :
— Suasana
nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering terjadi pertengkaran, mudah
tersinggung.
— Orang
tua resah karena barang berharga sering hilang.
— Perilaku
menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak tertib, hidup bebas) dan
menjadi aib keluarga.
— Putus
sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah atau pekerjaan,
sehingga merusak kehidupan keluarga, kesulitan keuangan.
— Orang
tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat untuk biaya pengobatan
dan rehabilitasi.
b.
Di Lingkungan Sekolah :
— ·
Merusak disiplin dan motivasi belajar.
— ·
Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar.
— ·
Mempengaruhi peningkatan penyalahgunaan diantara sesama teman sebaya.
c.
Di Lingkungan Masyarakat :
— ·
Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari pengguna /
mangsanya.
— ·
Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang telah menjadi
ketergantungan.
— ·
Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian, pembunuhan
sehingga masyarkat menjadi resah.
— ·
Meningkatnya kecelakaan.
UPAYA-PENCEGAHAN-PENYALAHGUNAAN-NAPZA
YANG DAPAT DILAKUKAN SARJANA PSIKOLOGI:
— MODERATOR
DALAM DISKUSI KELOMPOK REMAJA TENTANG UPAYA MENINGKATKAN KONSEP DIRI DAN
KEPERCAYAAN DIRI, MENGAPLIKASIKAN VISI MISI, DAN UPAYA MENOLAK TEKANAN KELOMPOK
TEMAN SEBAYA YANG MEMBERIKAN PENGARUH BURUK.
— PEMBICARA
DALAM PERTEMUAN ORANGTUA –SISWA – SEKOLAH TENTANG BAHAYANYA KENAKALAN REMAJA
DAN KOMUNIKASI ASERTIF.
— MEMBUAT
LEAFLET YANG MENARIK TENTANG BAHAYANYA KENAKALAN REMAJA.
— FASILITATOR
UNTUK ‘KAMPANYE ANTAR TEMAN’
MEMBERIKAN
PEMAHAMAN PENTINGNYA BERKELUARGA DALAM PERTEMUAN ORANGTUA-SISWA-SEKOLAH.
1.
Orangtua diharapkan mengasuh anak dengan baik, tipe parenting demokratis yaitu
penuh kasih sayang, penanaman disiplin yang baik, ajarkan membedakan yang baik
dan buruk, mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab,
mengembangkan harga diri anak, dan menghargai jika berbuat baik atau mencapai
prestasi tertentu.
2.Ciptakan-suasana-yang-hangat-dan-bersahabat.
Hal ini membuat anak rindu untuk pulang-ke-rumah.
3. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
3. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
4.Orangtua-menjadi-contoh-yang-baik.
Orang tua yang merokok akan menjadi contoh yang tidak baik bagi anak.
Orang tua yang merokok akan menjadi contoh yang tidak baik bagi anak.
5.Kembangkan-komunikasi-yang-asertif-yaitu
Komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan menghormati
pendapat anak.
6.Memperkuat-kehidupan-beragama.
Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.
Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.
7.
Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat berdiskusi dengan
anak.
MEMBERIKAN PEMAHAMAN
PENTINGNYA KERJASAMA PIHAK SEKOLAH UNTUK MENGHENTIKAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
DALAM PERTEMUAN ORANGTUA-SISWA-SEKOLAH:
— 1.
Upaya terhadap siswa :
— ·
Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat penyalahgunaan
NAPZA.
— ·
Melibatkan siswa dalam perencanaan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan
NAPZA di sekolah.
— ·
Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan ketrampilan yang positif
untuk tetap menghidari dari pemakaian NAPZA dan merokok.
— ·
Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa ( ekstrakurikuler ).
— ·
Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling.Membantu siswa yang telah
menyalahgunakan NAPZA untuk bisa menghentikannya.
— ·
Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari – hari.
Upaya untuk mencegah peredaran NAPZA di
sekolah :
— Razia
dengan cara sidak
— Melarang
orang yang tidak berkepentingan untuk masuk lingkungan sekolah
— Melarang
siswa ke luar sekolah pada jam pelajaran tanpa ijin guru
— Membina
kerjasama yang baik dengan berbagai pihak.
— Meningkatkan
pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan pulang sekolah.
MOOD DISORDER (GANGGUAN MOOD)
Depresi
: merupakan respon normal kecuali berkepanjangan, dapat mengganggu aktivitas.
EMOTIONAL SYMPTOMS
• Bentuk
:
• Kesedihan
mendalam.
• Merasa
terhina, tersinggung, dan tersingkir.
• Merasa
tidak berdaya.
• Merasa
terasing.
• Kecemasan
dan stress berkepanjangan.
• Mudah
untuk menangis.
MOTIVATIONAL SYMPTOMS
• Kehilangan
keinginan untuk partisipasi dalam kegiatan yang biasa dilakukan.
• Motivasi
rendah dalam kegiatan apapun, misal : mo mandi aja malessss..
• Kurang
inisiatif.
• Mengalami
kemunduran dalam dirinya.
• Menarik
diri.
SOMATIC SYMPTOMS (Gejala
Fisik)
• Pusing
kepala.
• Gangguan
pencernaan.
BEHAVIOURAL SYMPTOMS
• Aktivitas
menurun.
• Tidak
energik.
COGNITIVE SYMPTOMS
• Mempunyai
pikiran negatif tentang dirinya.
• Cenderung
menyalahkan dirinya secara berlebihan.
• Pandangan/harapan
buruk tentang masa depan.
• Mudah
putus asa.
• Suka
menunda apapun.
• Suka
mengeluh.
ANXIETY DISORDER (GANGGUAN KECEMASAN)
• Jika
normal, tidak berbahaya. Dapat meningkatkan motivasi atau menghadapi bahaya
yang mengancam. Menjadi patologis bila berlebihan, yaitu:
PHOBIC DISORDERS (GANGGUAN
FOBIA).
• Ketakutan
yang tetap dan tidak rasional terhadap objek, aktivitas, simbol tertentu yang
bagi kebanyakan orang sangat tidak berbahaya.
• AGOROPHOBIA
: ketakutan pada tempat umum yang tidak dikenalnya.
• SOCIALPHOBIA
: Ketakutan pada situasi sosial, berkaitan dengan hubungan terhadap orang lain.
• ARACHNOPHOBIA
: ketakutan pada laba-laba.
• ORNITHOPHOBIA
: ketakutan pada burung.
GENERALIZED ANXIETY
DISORDERS (Berhubungan dengan reaksi fisik).
Tanda
:
• Ketegangan
otot.
• Gemetar.
• Tergopoh-gopoh.
• Gelisah.
• Mudah
lelah dan tertekan.
• Mudah
tersinggung.
• Diare.
• Jantung
berdebar.
• Sulit
berkonsentrasi.
PANIC DISORDERS
: Individu yang mengira terteror sesuatu, padahal tidak ada apa-apa.
OBSESIVE COMPULSIF :
• Obsesif
: pikiran yang mengganggu, tetapi maunya tidak mau dipikirkan.
• Kompulsif
: desakan dari hati yang tidak tertahan untuk melakukan sesuatu / ritual
tertentu.
• Misal
: obsesif pada penyakit, kompulsifnya mandi berkali-kali atau cuci tangan
berkali-kali.
• Obsesif
pada keamanan, kompulsifnya sering mengecek pintu berkali-kali.
POST TRAUMATIC STRESS
DISORDERS
• Penyebab
: gempa bumi, kecelakaan, kebakaran.
• Gejala
:
v Respon
untuk menghidupkan kembali ingatan / peristiwa yang traumatis. Bentuknya mimpi
buruk.
v Avoidance.
Menghindari aktivitas/ situasai yang mengingatkan kembali pada kejadian
traumatis.
v Daya
response menurun pada dunia luar. Individu cenderung dingin dan kaku.
v Meningkatnya
kecemasan, merasa bersalah, dan arousal ( keterbangkitan waspada).
SOMATIZATION DISORDER
• Keluhan
fisik yang berulang-ulang dan bertahan lama. Diobati secara fisik tidak hilang.
Bila kecemasan dan tekanan hilang, penyakit itu juga hilang.
PARAPHILIAS.
• Mempunyai
ransang seksual yang berbeda dengan orang normal).
Yang
termasuk paraphilias :
• FROTTEURISM
(MASHING) : Rangsangan seksual dengan menggesekkan alat kelamin pada wanita
didepannya, misal terjadi saat berdesak-desakkan di bus.
• EXHIBITIONISM
: Pria suka memperlihatkan alat kelaminnya pada orang asing. Tujuan:
Mendapatkan kepuasan atau rangsang seksual bila orang lain terkejut atau
menjerit.
• FETISHISM
: Mendapatkan rangsangan atau kepuasan seksual dengan memakai benda-benda dari
lawan jenis (wanita), misal : pakaian dalam atau stocking.
• TRANSVETIC
FETISHISM : Individu berpakaian atau bertindak seperti lawan jenisnya.
• VOYEURISM
(SKOPOFILIA) : Individu harus melihat / mengamati perilaku seks/ketelanjangan
orang lain untuk mendapatkan rangsangan seks, misal : mengintip. Membuka situs
porno.
• PEDOPHILIA
: Kepuasan seksual dengan anak kecil.
• SEXUAL
MEASOCHISM : Mendapatkan rangsang seksual dengan cara disakiti oleh pasangan
seksualnya, misal dipukuli atau dicambuk.
• SEXUAL
SADISM : Mendapatkan rangsang seksual dengan cara disakiti pasangan seksualnya.
SEXUAL DYSFUNCTION
(KETIDAKMAMPUAN SEKSUAL)
• Berkaitan
dengan ketidakmampuan berhubungan dengan lawan jenis.
• Dipengaruhi
: usia (faktor fisik), hormon dan saraf (faktor nonfisik).
• IMPOTENSI,
ketidakmampuan laki-laki melakukan coitus. 90% penyebabnya dari psikologis.
• EJAKULASI
PREMATUR, pencapaian orgasme dan ejakulasi tidak pada waktunya.
• FRIGIDITAS,
hambatan respon seksual pada perempuan.
• DISPARENIA
: Ketegangan otot alat kelamin wanita saat coitus sehingga merasa sakit saat
hubungan karena takut tau tidak nyaman.
Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
BalasHapus