Blogger Widgets

Minggu, 08 Desember 2013

TEORI - TEORI DALAM PSIKOLOGI SOSIAL



1.   REINFORCEMENT THEORY (TEORI PENGUATAN)
Berasal dari pendekatan behaviorisme. Terdiri dari beberapa teori, yaitu:
1.     Theories of Social Learning & Imitation (Teori Belajar Sosial & Imitasi)
a.      Classical theory of social learning and imitation (Miller & Dollard)
Mechanism of Imitation :
  1. Same Behavior : Tingkah laku terjadi apabila dua orang bertingkah laku balas sama (respon) terhadap rangsang/isyarat yang sama.
  2. Matched-dependent behavior : Perilaku meniru orang lain yang lebih superior, dimana pihak yang lain menyesuaikan tingkah lakunya dan akan tergantung pada pihak pertama.
  3. Copying :Perilaku meniru atas dasar isyarat (tingkah laku) yang diberikan oleh model, termasuk tingkah laku model di masa lampau.
Cue à Internal Response à Drive à external Response à Reward
·         Cue (Isyarat) : Rangsang yang menentukan kapan dan di mana suatu tingkah laku balas akan timbul dan tingkah laku balas apa yang akan terjadi
·         Drive : Rangsang yang sangat kuat yang mendorong organisme bertingkah laku
·         Response : Tingkah laku balas

b.      Observational Learning (Bandura)

Dikemukakan oleh Bandura dan Waltens, menyatakan bahwa tingkah ,laku tiruan merupakan suatu bentuk asosiasi suatu rangsang dengan rangsang lainnya. Teori ini dapat pula menerangkan gejala timbulnya emosi pada peniru yang sama dengan emosi pada model. Menurut mereka pengaruh tingah laku model pada tingkah laku peniru/pengganti ada 3 macam:
a. Efeck modeling (Modeling effect), dimana peniru melakukan tingkah laku baru (melalui asosiasi-asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model.
b. Efek menghambat (inhibition) dan menghapus hambatan (disinhibition, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku model dihambat timbulnya, sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan model dihapuskan hambatan-hambatanya sehingga timbul tingkah laku yang  menjadi nyata.
c. Efek kemudahan (facilitation effect), dimana tingkah laku yang sudah prnah dipelajari peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model.


2.     Social Reinforcement-Exchange Theories (Teori Penguatan Sosial)
a.      Behavioral Sociological Model of Social Exchange (Teori tingkah laku sosial dasar) (Homans)
Homans mencoba menerangkan hubungan antara dua orang yang menggunakan prisip-prinsip ekonomi (jual-beli).  Dia berpendapat bahwa proses psikologi yang terjadi pada dua orang yang salimg berinteraksi pada hakekatnya sama dengan proses jual beli dimana kedua belah pihak saling memberi harga dan mencari keuntungan
Berdasarkan operant conditioning, yang diterapkan pada perilaku sosial manusia, terutama interaksi interpersonal. Interaction : socially interdependent exchange of activities (pertukaran kegiatan sosial).
Proposisi pokok teori ini:


  1. Success Proposition (Proposisi sukses)
  2. Stimulus Proposition (Prooposisi Stimulus)
  3. Value Proposition (Proposisi nilai)
  4. Deprivation-Satiation Proposition
  5. Aggression-Approval Proposition
  6. Rationality Proposition (Proposisi rasionalitas)

b.      Theory of Interpersonal Interdependence (Teori hasil interaksi) Kelley & Thibaut
Hubungan dua orang (atau lebih) dimana mereka saling tergantung untuk mencapai hasil-hasil yang positif. Interaksi sosial yang saling tergantung (interdependent) bertujuan untuk memaksimalkan hasil yang positif bagi tiap-tiap peserta interaksi.

c.       Equity Theory (Teori fungsional dari interaksi otoriter)Walster, Berscheid, dan Adams
o   Membicarakan tentang keadilan dan ketidakadilan dalam hubungan interpersonal
o   Di dasarkan pada prinsip penguatan dan metafor (hukum) ekonomi
o   Setiap kontribusi yang diberikan dalam sebuah hubungan disebut input. Biasanya bersifat negatif, misal usaha, waktu dll.
o   Sesuatu yang diterima dari sebuah hubungan disebut outcomes, biasanya positif afeksi, uang, pengetahuan dll.


2.   Field Theoretical Orientation (Teori Orientasi Lapangan )
Tokoh: Kurt Lewin, Tolman, Wheeler, Lashley & Brunswik.
Sangat berhubungan dengan pendekatan Gestalt. Diakui pentingnya konteks perilaku (medan/ situasi).
Ciri penting pendekatan ini:
a) Penggunaan metode konstruktif
b) pendekatan dinamis
c) Penekanan pada proses psikologis
d) Analisis didasarkan pada situasi secara keseluruhan
e) Perbedaan antara masalah yang sistematis dan historis
f) representasi matematis dari situasi psikologis

A Theory of Interpersonal Relations (Teori lapangan tentang hubungan Interpersonal)
Tokoh: Heider
Tertarik dengan common-sense psychology dalam menjelaskan perilaku interpersonal. Ada beberapa aspek perilaku:
a) Merasakan orang lain
b) orang lain sebagai perseptor suatu
c) analisis tindakan
d) Pengalaman dari keinginan dan kesenangan
e) Peran variabel lingkungan
        i.            Social Penetration Theory
Tokoh: Altman dan Taylor.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi hubungan sosial, yaitu:
a) karakteristik pribadi peserta
b) Hasil pertukaran
c) konteks situasional
      ii.            Theories of Crowding
Tokoh: Schopler & Stokols
Ada beberapa asumsi dasar, yaitu:
a)      Crowding menimbulkan stres psikologis
b)      Stres muncul karena perceived loss of control
c)      Memunculkan perilaku coping.
d)      Crowding akan makin intens dan perilaku coping akan makin sulit bila dihubungkan dengan perceived threats to personal security.
    iii.            A Theory of Hope
Tokoh: Stotland.
Ada dua istilah kunci, yaitu: hope dan degree of hopefullness
Hope : ekspektasi terhadap pencapaian tujuan. Degree of hopefullness : persepsi seseorang terhadap kemungkinan memperoleh tujuan
Asumsi pokok:
  1. Motivasi organisme untuk mencapai goal, adalah meliputi persepsi kemampuan untuk mencapainya, dan persepsi dari seberapa penting goal tersebut.
  2. Semakin tinggi kedua persepsi di atas, akan semakin tinggi pula positive affect- nya.
  3. Semakin rendah persepsi untuk mencapai goal, dan semakin tinggi tingkat kepentingan goal tersebut, maka anxiety akan semakin tinggi.
  4. Organisme akan termotivasi untuk menghindari atau keluar dari anxiety. Semakin tinggi anxiety, semakin tinggi motivasi untuk menghindarinya

3.   Role Theory (Teori Peran)
Role lebih bersifat sebagai subject matter dari pada sebagai theoretical framework. Riwayat role theory:
Diambil dari peristilahan teater dari jaman Yunani dan Romawi kuno.  Dipakai pada ilmu sosial dengan sedikit perubahan definisi. Role seseorang akan tergantung pada role orang lain dan social context-nya. Konsep role merupakan konsep interdisipliner. Teori role modern pada awalnya merupakan “hasil samping” dari berbagai penelitian sosial. Ide yang tumbuh dari berbagai disiplin ini menyebabkan role theory tidak terikat pada satu disiplin tertentu saja
Di pusatkan pada teori Biddle&Thomas yang membagi istilah dalam peran dalam 4 golongan,yaitu:
a.      Orang orang yang mengambil bagian daam intraksi sosial
b.       Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut
c.       Kedudukan orang-orang dalam perilaku
d.      Kaitan antara orang dan perilaku

4.   Cognitive Theory Orientation (Teori Orientasi Kognitif)
Beberapa ciri pokok:
a.      Berhubungan dengan proses kognitif
b.      Mendasarkan diri pada konsep mental, spt. Knowing, meaning, understanding, & similar concious experiences sbg data
c.       Cognitive event dalam berbagai tingkat kesadaran
d.      Pendekatan molar, bukan molecular
e.      Perilaku pertama tidak lebih penting dari perilaku kemudian
f.        Proses belajar bisa terjadi tanpa adanya drive maupun tension reduction

Ada beberapa teori, yaitu:
1.     Krech & Crutchfield’s Cognitive Theory
Ada beberapa prinsip:
a.      Motivasi bersifat molar, melibatkan need, dan goals
b.      Dinamika molar merupakan hasil dari serangkaian kondisi psikologi terdekat (Immediate psychological field)
c.       Ketidakstabilan kondisi psikologis akan menyebabkan ketegangan, yang mempengaruhi persepsi, kognisi, & tindakan
d.      Keputusasaan mencapai goals atau kegagalan dalam tension reduction akan muncul dalam berbagai perilaku adaptif maupun maladaptif.
e.      Karakteristik pencapaian goals dan tension reduction yang paling sering muncul, akan dipelajari dan dikembangkan.


2.     Cognitive Consistency Theories
Terdiri dari beberapa sub teori lagi, yaitu:
  1. Cognitive balance theory (Heider, Newcomb, Osgood & Tannenbaum)
Pertama kali dikemukakan oleh Heider. Teori ini berpangkal pada persaan yang ada pada seseorang (P), terhadap orang lain (X), dan hal lain (X).
  1. Teori A-B-X
Hipotesis umum yang diajukan oleh Newcomb (1937,1957), bahwa hokum-hukum yang mengatur hubungan antara kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikapyang ada pada seseorang.  Teri ini tidak berbeda dengan teori P-O-X (Heider),hanya saja Newcomb menambahkan faktor komunikasi antar individu dan hubungan –hubungan antar kelompok.
  1.  Prinsip keselarasan
            Teori ini mengenai peramalan perubahan sikap dalam situasi eksperimental tertentu. Teori ini dikemukakan oleh Osgood &Tannenbaun (1955), dapat meramalkan perubahan sikap, baik terhadap obyek, tetapi ragam perilakunya yang dapat dicakup oleh teori ini lebih terbatas.
  1. Cognitive dissonance theory (Festinger)
Dikemukakan oleh festinger (1957). Inti dari teori ini adalah antara elemen-elemen terjadi hubungan yang tidak pas yang menimbulkan disonansi (kejanggalan) kognitif. Disonansi kognitif menimbulkan desakan untuk mengurangi disonansi tersebut dan menghindari peningkatanya. Hasil dari desakan itu terwujud dalam perubahan pada kognisi, perubahan tingkah laku, dan menghadakan diri pada informasi dan pendapat-pendapat baru yang sudah diseleksi.
         Sumber Disonansi :
a.      Inkonsistensi logis
b.       Nilai-nilai budaya (cultural mores)
c.        Pendapat Umum
d.      Pengalaman masa lalu

         Konsekuensi-konsekuensi Disonansi
      1. Pengurangan disonansi
a.      Mengubah perilaku
b.      Mengubah elemen kognitif lingkungan
c.       Menambah elemen kognitif baru
      2. Penghindaran disonansi
  1. Theory of psychological reactance (Brehm)
Secara umum teori konsistensi kognitif menekankan bahwa kondisi kognitif yang tidak konsisten akan menimbulkan ketidaknyamanan dan akan mengarahkan orang untuk berperilaku tertentu untuk mencapai kekonsistenan agar diperoleh kenyamanan kembali.

3.     Teori-teori Atribusi
Sebagian besar merupakan pengembangan dari konsep Fritz Heider. Ada beberapa sub teori dalam teori ini, yaitu:
  1. Theory of Correspondent Inferences (Jones dan Davis)
Teori ini menjelaskan mengenai bagaimana seorang pengamat menentukan sikap, sifat atau karakteristik lain berdasarkan apa yang diketahui menegnai orang tersebut pada satu situasi dan satu perilaku tertentu.
Ada beberapa asumsi
o   Teori ini hanya terfokus pada satu episode perilaku saja
o   Teori ini hanya melibatkan dua orang yaitu pelaku dan pengamat.
o   Pengamat akan memberikan penilaian yang sederhana dan seketika itu juga terhadap pelaku

  1. Teori Atribusi Eksternal (Kelley), terdiri dari 3 dimensi (1) distinctiveness (2) consistency (3) consensus
Teori ini dikembangkan oleh Kelley(1967) yang didasarkan pada karya Heider. Dia berusaha untuk tidak memperhitungkan factor-faktor personal dalam analisisnya, dan mencoba untuk mempergunakan sebanyak mungkin faktor lingkungan atau factor eksternal.
  1. Self Perception Theory (Bem) :  Self perception theory : seseorang menilai perilaku dan perasaaannya sendiri berdasarkan perilaku yang dimunculkan pada konteks atau kondisi tertentu. Misal, pada saat kita memberi uang pada seorang pengemis, kita nerasa sebagai orang yang dermawan, meskipun mungkin pada awalnya kita tidak ikhlas.
Teori perbandingan sosial
Dirumuskan oleh Festinger (1950,1954) proses mempengaruhi dan berperilaku saling bersaing dalam interaksi sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dangan membandingkan dengan orang lain. Ada 2 hal yang dibandingkan dalam kebutuhan ini yaitu, pendapat dan kemampuan.

4.     Theories of Social Comparison,  Judgment and Perception (Teori Sosial, Perbandingan Penghakiman dan Persepsi)
o   Social Comparison Theory (Festinger)
         Proses saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam interaksi sosial ditimbulkan adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self evaluation), dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan membandingkan diri dengan orang lain.
         Ada dua hal yang dibandingkan
            1. Pendapat (opinion)
            2. Kemampuan (ability)
         Prinsip dasar
1.      Adanya keinginan untuk mengevaluasi opini dan kemampuan
2.      Membandingkan opini dan kempuannya dengan orang lain
3.      Membandingkan dengan teman sekelompok dan orang terdekat
4.      Membandingkan dengan orang yang memiliki kelebihan
5.      Menolak perbandingan dengan kelompok yang memiliki kemampuan jauh berbeda
6.      Perbandingan sosial akan mengarahkan tekanan untuk sama

o   Social Judgment Theory (Sherif)
Sosial teori keputusan adalah perspektif teoretis paling terkait erat dengan Muzafer Sheriff dan Carl Havland. Pusat gagasan sosial penghakiman teori adalah bahwa perubahan sikap adalah mediated oleh judgmental proses dan efek yang digunakan untuk meyakinkan orang. 
Dalam teori ini juga dijelaskan adanya dua macam efek yang timbul akibat proses menilai atau mempertimbangkan pesan yakni efek asimilasi (assimilation effect) dan efek kontras (contrast effect). 
Efek asimilasi terjadi ketika seseorang menempatkan sebuah pesan persuasif dalam rentang penerimaan dan pesan-pesan tersebut mendekati pernyataan patokan (kerangka rujukan) yang ada. Karena pesan tersebut mendekati pernyatan patokan, maka pesan tersebut akan diasimilasi atau dianggap mirip dengan patokan yang ada dan dijadikan satu kelompok. Asimilasi ini merupakan efek gelang karet, dimana setiap pernyataan baru dapat ”ditarik” mendekati pernyatan patokan sehingga tampak menjadi lebih dapat diterima daripada keadaan sebenarnya. Orang yang menjadi sasaran persuasi akan menilai pesan atau pernyataan tersebut tampak sejalan dengan patokannya.
Pernyataan yang berada dalam rentang penolakan akan tampak semakin berbeda (kontras) dan bertentangan dengan pernyataan patokan meskipun sebenarnya perbedaan tersebut tidak terlalu jauh. Karena kita memperbesar perbedaan maka sebuah pesan yang seolah-olah bertentangan sepenuhnya dengan patokan yang ada. Akhirnya pesan tersebut kita tolak.
Contohnya adalah legalizing ganja: Salah satu mungkin berpikir bahwa semua harus menggunakan ganja ilegal, atau yang penggunaannya hanya diizinkan untuk alasan medis, atau ganja harus disahkan untuk digunakan sehari-hari.

Teori – teori menurut bentuknya:
1. Teori Konstruktif (menurut istilah Elienstein,1934 dan Mark,1951) atau teori merangkaikan/cioncaterated (kapian,1951), yaitu teori yang mencoba membangun kaitan-kaitan (sintesis) antara fenomena sederhana.
2. Teori Principle (Einstein, 1934) atau teori reduktif (Marx, 1951) atau teori jenjangan/hierarchical (Kaplan, 1964) adalah teori yang mencoba menganalisis suatu fenomena ke dalam bagian-bagian lebih yang kecil.
Menurut isinya ada 2 macam teori (Kaplan, 1964)
a. Teori molar, yaitu teori tentang individu sebagai keseluruhan, misalnya tentang tingkah laku individu dalam proses kelompok.
b. Teori momolekular, yaitu tentang fungsi-fungsi syarat dalam tubuh suatu organisme.

Menurut isinya, juga ada dua macam teori  ( Kaplan, 1964 ) sebagai berikut:
a.      Teori molar, yaitu tentang  individu sebagai keseluruhan, misalnya teori tentang tingkah laku individu dalam proses kelompok.
b.      Teori molecular, yaitu teori tentang fungsi – fungsi syaraf dalam tubuh suatu organisme

Teori-Teori yang Berdasarkan Psikoanalis
1. Teori psikodinamika dari fungsi kelompok
            Oleh Bion(1948-1951) berdasarkan teorinya pada saat hasil pengamatan dan hasil partisipasinya dan kelompok-kelompok terapi, menurutnya kelompok bikan hanya sekedar kumpulan individu tetapi juga suatu satuan dengan ciri dinamika dan emosi tersendiri.
2. Teori perkembangan kelompok
            Dikemukakan oleh Bennis dan Shepard(1956). Juga dipengaruhi oleh S. Freud, Sullivan (1953), Lewin (1947) dan Schutz (1955). Teori ini berisi tentang proses perkembangan kelompok yang terjadi dalam interaksi antara orang-orang yang berada dalam situasi latihan.
3. FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation = orientasi dasar dari hubungan-hubungan  antarpribadi)
Teori tiga dimensi tentang tingkah laku antar pribadi.
            Dikemukakan oleh Schutz (1955,1958), tentang perilaku-perilaku antar pribadi dalam kaitannya dengan orientasi masing-masing individu pada individi lain.

4. Teori psikonalis tentang sikap sosial
            Oleh Sarnoff(1960) menyangkut sikap (attitude) yang diterangkan berdasarkan mekanisme pertahanan ego.
Teori-Teori Proses Kelompok
1. Teori sintalitas kelompok dari Chartel (1948,1951)
            Berpendapat bahwa untuk dapat membuat perubahan-perubahan ilmiah yang tepat segala sesuatu harus dapat diuraikan, diukur, dan diklasifikasikan dengan cepat dan cermat. Dengan teorinya juga Chartel telah mengembangkan cabang psikologi yang dnamakan Psikologi Keperibadian Kelompok.

2. Teori prestasi kelompok
            Menurut Stogdill (1959) tepri-teori tentang kelompok pada umumnya didasarkan pada konsep tentang interaksi mempunyai kelemaham-kelemahan tertentu. Oleh karena itu Stogdill mengajukan teorinya yang didasarkan pada masukan (input), variable media, dan prestasi(output) kelompok.
3. Model kontingensi bagi efektifitas kepemimpinan
            Teori ini dikembangkan oleh Fiedler berdasarkan eksperimen-eksperimennya. Tujuanya untuk mengidentifikas ciri-ciri kepribadian tertentu yang membedakan pemimpin yang efektif dari jenis-jenis pemimpin lain.

4. Model deskriptif dari respon sosial
            Disebut juga Teori model intan (diamond model) di kembangkan oleh Willis (1964,1965). Berkaitan dengan respon-respon terhadap pengaruh-pengaruh sosial.
  
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito Wirawan (2010). TEORI-TEORI PSIKOLOGI SOSIAL. Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Walgito, Bimo (1999). Psikologi Sosial. Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar