1. REINFORCEMENT THEORY (TEORI PENGUATAN)
Berasal dari pendekatan
behaviorisme. Terdiri dari beberapa
teori, yaitu:
1.
Theories of Social
Learning & Imitation (Teori Belajar Sosial & Imitasi)
a.
Classical theory of
social learning and imitation (Miller & Dollard)
Mechanism of Imitation :
- Same Behavior : Tingkah laku
terjadi apabila dua orang bertingkah laku balas sama (respon) terhadap
rangsang/isyarat yang sama.
- Matched-dependent behavior : Perilaku meniru orang lain
yang lebih superior, dimana pihak yang lain menyesuaikan tingkah lakunya
dan akan tergantung pada pihak pertama.
- Copying :Perilaku meniru atas dasar isyarat
(tingkah laku) yang diberikan oleh model, termasuk tingkah laku model di
masa lampau.
Cue à Internal Response à Drive à external Response à Reward
·
Cue (Isyarat) : Rangsang yang menentukan kapan dan di
mana suatu tingkah laku balas akan timbul dan tingkah laku balas apa yang akan
terjadi
·
Drive : Rangsang yang sangat kuat yang mendorong
organisme bertingkah laku
·
Response : Tingkah laku balas
b. Observational Learning (Bandura)
Dikemukakan oleh Bandura dan Waltens,
menyatakan bahwa tingkah ,laku tiruan merupakan suatu bentuk asosiasi suatu
rangsang dengan rangsang lainnya. Teori ini dapat pula menerangkan gejala
timbulnya emosi pada peniru yang sama dengan emosi pada model. Menurut mereka
pengaruh tingah laku model pada tingkah laku peniru/pengganti ada 3 macam:
a. Efeck modeling (Modeling effect), dimana
peniru melakukan tingkah laku baru (melalui asosiasi-asosiasi sehingga sesuai
dengan tingkah laku model.
b. Efek menghambat (inhibition) dan menghapus
hambatan (disinhibition, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah
laku model dihambat timbulnya, sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan model
dihapuskan hambatan-hambatanya sehingga timbul tingkah laku yang menjadi nyata.
c. Efek kemudahan (facilitation effect),
dimana tingkah laku yang sudah prnah dipelajari peniru lebih mudah muncul
kembali dengan mengamati tingkah laku model.
2.
Social
Reinforcement-Exchange Theories (Teori Penguatan Sosial)
a.
Behavioral Sociological
Model of Social Exchange (Teori tingkah laku sosial dasar) (Homans)
Homans mencoba
menerangkan hubungan antara dua orang yang menggunakan prisip-prinsip ekonomi
(jual-beli). Dia berpendapat bahwa
proses psikologi yang terjadi pada dua orang yang salimg berinteraksi pada
hakekatnya sama dengan proses jual beli dimana kedua belah pihak saling memberi
harga dan mencari keuntungan
Berdasarkan operant conditioning, yang diterapkan pada perilaku
sosial manusia, terutama interaksi interpersonal. Interaction : socially interdependent exchange of
activities (pertukaran kegiatan sosial).
Proposisi pokok teori ini:
- Success Proposition
(Proposisi sukses)
- Stimulus Proposition
(Prooposisi Stimulus)
- Value Proposition
(Proposisi nilai)
- Deprivation-Satiation Proposition
- Aggression-Approval Proposition
- Rationality Proposition
(Proposisi rasionalitas)
b.
Theory of Interpersonal
Interdependence (Teori hasil interaksi) Kelley & Thibaut
Hubungan dua orang (atau lebih) dimana mereka saling tergantung untuk
mencapai hasil-hasil yang positif.
Interaksi sosial
yang saling tergantung (interdependent) bertujuan untuk memaksimalkan hasil
yang positif bagi tiap-tiap peserta interaksi.
c. Equity Theory (Teori fungsional dari interaksi otoriter)Walster, Berscheid, dan
Adams
o
Membicarakan tentang keadilan dan ketidakadilan dalam
hubungan interpersonal
o
Di dasarkan pada prinsip penguatan dan metafor (hukum)
ekonomi
o
Setiap kontribusi yang diberikan dalam sebuah hubungan
disebut input. Biasanya bersifat negatif, misal usaha, waktu dll.
o
Sesuatu yang diterima dari sebuah hubungan disebut
outcomes, biasanya positif afeksi, uang, pengetahuan dll.
2.
Field Theoretical Orientation (Teori Orientasi
Lapangan )
Tokoh: Kurt Lewin, Tolman, Wheeler, Lashley & Brunswik.
Sangat berhubungan dengan pendekatan Gestalt. Diakui pentingnya konteks perilaku (medan/ situasi).
Ciri penting pendekatan
ini:
a) Penggunaan metode konstruktif
b) pendekatan dinamis
c) Penekanan pada proses psikologis
d) Analisis didasarkan pada situasi secara keseluruhan
e) Perbedaan antara masalah yang sistematis dan historis
f) representasi matematis dari situasi psikologis
b) pendekatan dinamis
c) Penekanan pada proses psikologis
d) Analisis didasarkan pada situasi secara keseluruhan
e) Perbedaan antara masalah yang sistematis dan historis
f) representasi matematis dari situasi psikologis
A Theory of Interpersonal Relations (Teori
lapangan tentang hubungan Interpersonal)
Tokoh: Heider
Tertarik dengan common-sense
psychology dalam menjelaskan perilaku interpersonal. Ada beberapa aspek perilaku:
a) Merasakan orang lain
b) orang lain sebagai perseptor suatu
c) analisis tindakan
d) Pengalaman dari keinginan dan kesenangan
e) Peran variabel lingkungan
b) orang lain sebagai perseptor suatu
c) analisis tindakan
d) Pengalaman dari keinginan dan kesenangan
e) Peran variabel lingkungan
i.
Social Penetration Theory
Tokoh: Altman dan Taylor.
Ada tiga faktor yang
mempengaruhi hubungan sosial, yaitu:
a) karakteristik pribadi peserta
b) Hasil pertukaran
c) konteks situasional
b) Hasil pertukaran
c) konteks situasional
ii.
Theories of
Crowding
Tokoh: Schopler &
Stokols
Ada beberapa asumsi
dasar, yaitu:
a) Crowding menimbulkan
stres psikologis
b) Stres muncul karena perceived
loss of control
c) Memunculkan perilaku coping.
d) Crowding akan makin
intens dan perilaku coping akan makin sulit bila dihubungkan dengan perceived
threats to personal security.
iii.
A Theory of Hope
Tokoh: Stotland.
Ada dua istilah kunci,
yaitu: hope dan degree of hopefullness
Hope : ekspektasi
terhadap pencapaian tujuan. Degree of hopefullness :
persepsi seseorang terhadap kemungkinan memperoleh tujuan
Asumsi pokok:
- Motivasi organisme untuk mencapai goal,
adalah meliputi persepsi kemampuan untuk mencapainya, dan persepsi dari
seberapa penting goal tersebut.
- Semakin tinggi kedua persepsi di atas, akan semakin
tinggi pula positive affect- nya.
- Semakin rendah persepsi untuk mencapai goal, dan
semakin tinggi tingkat kepentingan goal tersebut, maka anxiety akan
semakin tinggi.
- Organisme akan termotivasi untuk menghindari atau
keluar dari anxiety. Semakin tinggi anxiety, semakin tinggi
motivasi untuk menghindarinya
3. Role Theory (Teori Peran)
Role lebih
bersifat sebagai subject matter dari pada sebagai theoretical
framework. Riwayat role theory:
Diambil dari
peristilahan teater dari jaman Yunani dan Romawi kuno. Dipakai pada ilmu sosial
dengan sedikit perubahan definisi.
Role seseorang akan tergantung
pada role orang lain dan social context-nya. Konsep role
merupakan konsep interdisipliner.
Teori role modern
pada awalnya merupakan “hasil samping” dari berbagai penelitian sosial. Ide yang tumbuh dari berbagai disiplin ini menyebabkan role
theory tidak terikat pada satu disiplin tertentu saja
Di pusatkan pada teori Biddle&Thomas yang
membagi istilah dalam peran dalam 4 golongan,yaitu:
a. Orang orang yang mengambil bagian daam
intraksi sosial
b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut
c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku
d. Kaitan antara orang dan perilaku
4. Cognitive Theory Orientation (Teori Orientasi
Kognitif)
Beberapa ciri pokok:
a. Berhubungan dengan proses
kognitif
b. Mendasarkan diri pada
konsep mental, spt. Knowing, meaning, understanding, & similar concious
experiences sbg data
c. Cognitive event dalam
berbagai tingkat kesadaran
d. Pendekatan molar,
bukan molecular
e. Perilaku pertama tidak
lebih penting dari perilaku kemudian
f.
Proses belajar bisa terjadi tanpa adanya drive
maupun tension reduction
Ada beberapa teori,
yaitu:
1.
Krech & Crutchfield’s Cognitive Theory
Ada beberapa prinsip:
a. Motivasi bersifat molar,
melibatkan need, dan goals
b. Dinamika molar merupakan
hasil dari serangkaian kondisi psikologi terdekat (Immediate psychological
field)
c. Ketidakstabilan kondisi
psikologis akan menyebabkan ketegangan, yang mempengaruhi persepsi, kognisi,
& tindakan
d. Keputusasaan mencapai goals
atau kegagalan dalam tension reduction akan muncul dalam berbagai
perilaku adaptif maupun maladaptif.
e. Karakteristik pencapaian goals
dan tension reduction yang paling sering muncul, akan dipelajari dan
dikembangkan.
2. Cognitive Consistency Theories
Terdiri dari beberapa sub
teori lagi, yaitu:
- Cognitive balance theory (Heider, Newcomb, Osgood
& Tannenbaum)
Pertama kali dikemukakan oleh Heider. Teori ini berpangkal pada
persaan yang ada pada seseorang (P), terhadap orang lain (X), dan hal lain (X).
- Teori
A-B-X
Hipotesis umum yang diajukan oleh Newcomb (1937,1957), bahwa hokum-hukum
yang mengatur hubungan antara kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikapyang ada
pada seseorang. Teri ini tidak berbeda
dengan teori P-O-X (Heider),hanya saja Newcomb menambahkan faktor komunikasi
antar individu dan hubungan –hubungan antar kelompok.
- Prinsip keselarasan
Teori
ini mengenai peramalan perubahan sikap dalam situasi eksperimental tertentu.
Teori ini dikemukakan oleh Osgood
&Tannenbaun (1955), dapat meramalkan perubahan sikap, baik terhadap
obyek, tetapi ragam perilakunya yang dapat dicakup oleh teori ini lebih
terbatas.
- Cognitive dissonance theory (Festinger)
Dikemukakan oleh festinger (1957). Inti dari teori ini adalah antara elemen-elemen
terjadi hubungan yang tidak pas yang menimbulkan disonansi (kejanggalan)
kognitif. Disonansi kognitif menimbulkan desakan untuk mengurangi disonansi
tersebut dan menghindari peningkatanya. Hasil dari desakan itu terwujud dalam
perubahan pada kognisi, perubahan tingkah laku, dan menghadakan diri pada
informasi dan pendapat-pendapat baru yang sudah diseleksi.
•
Sumber Disonansi :
a. Inkonsistensi logis
b. Nilai-nilai budaya (cultural mores)
c. Pendapat Umum
d. Pengalaman masa lalu
•
Konsekuensi-konsekuensi Disonansi
1. Pengurangan disonansi
a. Mengubah perilaku
b. Mengubah elemen kognitif
lingkungan
c. Menambah elemen kognitif
baru
2. Penghindaran disonansi
- Theory of psychological reactance (Brehm)
Secara umum teori
konsistensi kognitif menekankan bahwa kondisi kognitif yang tidak konsisten
akan menimbulkan ketidaknyamanan dan akan mengarahkan orang untuk berperilaku
tertentu untuk mencapai kekonsistenan agar diperoleh kenyamanan kembali.
3.
Teori-teori Atribusi
Sebagian besar
merupakan pengembangan dari konsep Fritz Heider. Ada beberapa sub teori dalam
teori ini, yaitu:
- Theory of Correspondent Inferences (Jones dan Davis)
Teori ini menjelaskan mengenai bagaimana seorang pengamat menentukan sikap,
sifat atau karakteristik lain berdasarkan apa yang diketahui menegnai orang
tersebut pada satu situasi dan satu perilaku tertentu.
Ada beberapa
asumsi
o
Teori ini hanya terfokus pada satu episode perilaku saja
o
Teori ini hanya melibatkan dua orang yaitu pelaku dan pengamat.
o
Pengamat akan memberikan penilaian yang sederhana dan
seketika itu juga terhadap pelaku
- Teori Atribusi Eksternal (Kelley), terdiri dari 3
dimensi (1) distinctiveness (2) consistency (3) consensus
Teori ini dikembangkan oleh Kelley(1967) yang didasarkan pada karya
Heider. Dia berusaha untuk tidak memperhitungkan factor-faktor personal dalam
analisisnya, dan mencoba untuk mempergunakan sebanyak mungkin faktor lingkungan
atau factor eksternal.
- Self Perception Theory (Bem) : Self
perception theory : seseorang menilai
perilaku dan perasaaannya sendiri berdasarkan perilaku yang dimunculkan
pada konteks atau kondisi tertentu. Misal, pada saat kita memberi uang
pada seorang pengemis, kita nerasa sebagai orang yang dermawan, meskipun
mungkin pada awalnya kita tidak ikhlas.
Teori perbandingan sosial
Dirumuskan oleh Festinger (1950,1954) proses mempengaruhi dan berperilaku saling
bersaing dalam interaksi sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai
diri sendiri dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dangan membandingkan dengan orang
lain. Ada 2 hal yang dibandingkan dalam kebutuhan ini yaitu, pendapat dan
kemampuan.
4.
Theories of Social Comparison, Judgment and Perception (Teori Sosial, Perbandingan Penghakiman dan Persepsi)
o
Social Comparison Theory (Festinger)
•
Proses saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing
dalam interaksi sosial ditimbulkan adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri
(self evaluation), dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan membandingkan diri
dengan orang lain.
•
Ada dua hal yang dibandingkan
1. Pendapat (opinion)
2. Kemampuan (ability)
•
Prinsip dasar
1. Adanya keinginan untuk
mengevaluasi opini dan kemampuan
2. Membandingkan opini dan
kempuannya dengan orang lain
3. Membandingkan dengan
teman sekelompok dan orang terdekat
4. Membandingkan dengan
orang yang memiliki kelebihan
5. Menolak perbandingan
dengan kelompok yang memiliki kemampuan jauh berbeda
6. Perbandingan sosial akan
mengarahkan tekanan untuk sama
o
Social Judgment Theory
(Sherif)
Sosial
teori keputusan adalah perspektif teoretis paling terkait erat dengan Muzafer
Sheriff dan Carl Havland. Pusat gagasan sosial penghakiman teori adalah bahwa
perubahan sikap adalah mediated oleh judgmental proses dan efek yang digunakan
untuk meyakinkan orang.
Dalam
teori ini juga dijelaskan adanya dua macam efek yang timbul akibat proses
menilai atau mempertimbangkan pesan yakni efek asimilasi (assimilation effect)
dan efek kontras (contrast effect).
Efek
asimilasi terjadi ketika seseorang menempatkan sebuah pesan persuasif dalam
rentang penerimaan dan pesan-pesan tersebut mendekati pernyataan patokan
(kerangka rujukan) yang ada. Karena pesan tersebut mendekati pernyatan patokan,
maka pesan tersebut akan diasimilasi atau dianggap mirip dengan patokan yang
ada dan dijadikan satu kelompok. Asimilasi ini merupakan efek gelang karet,
dimana setiap pernyataan baru dapat ”ditarik” mendekati pernyatan patokan
sehingga tampak menjadi lebih dapat diterima daripada keadaan sebenarnya. Orang
yang menjadi sasaran persuasi akan menilai pesan atau pernyataan tersebut
tampak sejalan dengan patokannya.
Pernyataan
yang berada dalam rentang penolakan akan tampak semakin berbeda (kontras) dan
bertentangan dengan pernyataan patokan meskipun sebenarnya perbedaan tersebut
tidak terlalu jauh. Karena kita memperbesar perbedaan maka sebuah pesan yang
seolah-olah bertentangan sepenuhnya dengan patokan yang ada. Akhirnya pesan
tersebut kita tolak.
Contohnya adalah legalizing ganja: Salah satu mungkin berpikir bahwa semua harus menggunakan ganja ilegal, atau yang penggunaannya hanya diizinkan untuk alasan medis, atau ganja harus disahkan untuk digunakan sehari-hari.
Contohnya adalah legalizing ganja: Salah satu mungkin berpikir bahwa semua harus menggunakan ganja ilegal, atau yang penggunaannya hanya diizinkan untuk alasan medis, atau ganja harus disahkan untuk digunakan sehari-hari.
Teori –
teori menurut bentuknya:
1. Teori Konstruktif (menurut istilah Elienstein,1934 dan Mark,1951) atau teori merangkaikan/cioncaterated (kapian,1951), yaitu teori yang mencoba
membangun kaitan-kaitan (sintesis) antara fenomena sederhana.
2. Teori Principle (Einstein, 1934) atau teori reduktif (Marx, 1951) atau teori jenjangan/hierarchical (Kaplan, 1964) adalah teori yang mencoba menganalisis suatu
fenomena ke dalam bagian-bagian lebih yang kecil.
Menurut isinya ada 2 macam teori (Kaplan, 1964)
a. Teori
molar, yaitu teori tentang individu sebagai
keseluruhan, misalnya tentang tingkah laku individu dalam proses kelompok.
b. Teori
momolekular, yaitu tentang
fungsi-fungsi syarat dalam tubuh suatu organisme.
Menurut isinya, juga ada dua macam
teori ( Kaplan, 1964 ) sebagai berikut:
a.
Teori molar,
yaitu tentang individu sebagai
keseluruhan, misalnya teori tentang tingkah laku individu dalam proses
kelompok.
b.
Teori molecular,
yaitu teori tentang fungsi – fungsi syaraf dalam tubuh suatu organisme
Teori-Teori
yang Berdasarkan Psikoanalis
1. Teori psikodinamika dari fungsi kelompok
Oleh
Bion(1948-1951) berdasarkan teorinya pada saat hasil pengamatan dan hasil
partisipasinya dan kelompok-kelompok terapi, menurutnya kelompok bikan hanya
sekedar kumpulan individu tetapi juga suatu satuan dengan ciri dinamika dan
emosi tersendiri.
2. Teori perkembangan kelompok
Dikemukakan
oleh Bennis dan Shepard(1956). Juga dipengaruhi oleh S. Freud, Sullivan (1953),
Lewin (1947) dan Schutz (1955). Teori ini berisi tentang proses perkembangan
kelompok yang terjadi dalam interaksi antara orang-orang yang berada dalam
situasi latihan.
3. FIRO (Fundamental Interpersonal Relations
Orientation = orientasi dasar dari hubungan-hubungan antarpribadi)
Teori tiga
dimensi tentang tingkah laku antar pribadi.
Dikemukakan
oleh Schutz (1955,1958), tentang
perilaku-perilaku antar pribadi dalam kaitannya dengan orientasi masing-masing
individu pada individi lain.
4. Teori psikonalis tentang sikap sosial
Oleh Sarnoff(1960) menyangkut sikap (attitude) yang diterangkan
berdasarkan mekanisme pertahanan ego.
Teori-Teori
Proses Kelompok
1. Teori sintalitas kelompok dari Chartel
(1948,1951)
Berpendapat
bahwa untuk dapat membuat perubahan-perubahan ilmiah yang tepat segala sesuatu
harus dapat diuraikan, diukur, dan diklasifikasikan dengan cepat dan cermat.
Dengan teorinya juga Chartel telah mengembangkan cabang psikologi yang dnamakan
Psikologi Keperibadian Kelompok.
2. Teori prestasi kelompok
Menurut
Stogdill (1959) tepri-teori tentang kelompok pada umumnya didasarkan pada
konsep tentang interaksi mempunyai kelemaham-kelemahan tertentu. Oleh karena
itu Stogdill mengajukan teorinya yang didasarkan pada masukan (input), variable
media, dan prestasi(output) kelompok.
3. Model kontingensi bagi efektifitas
kepemimpinan
Teori
ini dikembangkan oleh Fiedler berdasarkan eksperimen-eksperimennya. Tujuanya
untuk mengidentifikas ciri-ciri kepribadian tertentu yang membedakan pemimpin
yang efektif dari jenis-jenis pemimpin lain.
4. Model deskriptif dari respon sosial
Disebut
juga Teori model intan (diamond model)
di kembangkan oleh Willis (1964,1965). Berkaitan dengan respon-respon terhadap
pengaruh-pengaruh sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito Wirawan (2010). TEORI-TEORI PSIKOLOGI SOSIAL. Jakarta :
PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Walgito, Bimo (1999). Psikologi Sosial.
Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar