Abraham
Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Semua gelar
psikologinya diperoleh dari Universitas Wisconsin. Nama Maslow menjadi
pembicaraan banyak orang terutama setelah ia meluncurkan buku keduanya Motivation
and Personality pada 1954. Berbeda dengan teoritikus-teoritikus psikologi
sebelumnya yang mendasarkan teorinya pada hasil penelitian mengenai orang-orang
yang sakit jiwa, Maslow merumuskan teorinya dari hasil-hasil penelitiannya
mengenai orang-orang sehat, kreatif, dan telah mencapai puncak-puncak prestasi.
Ia banyak meneliti orang-orang besar zaman dulu dan yang sezaman dengannya
semisal Abraham Lincoln, Albert Einstein, Joseph Hayden, dan Ralph W. Emerson.
Maslow
menyebut dirinya sebagai orang yang berpandangan humanistik dalam psikologi.
Pandangannya tentang manusia positif dan optimistik. Ia yakin bahwa manusia
pada dasarnya baik, mempunyai potensi-potensi yang tak terukur untuk mencapai
puncak tertinggi.
Tingkat-tingkat Kebutuhan
Salah
satu sumbangan penting Abraham Maslow bagi psikologi modern adalah teorinya
tentang aktualisasi-diri (self-actualization). Pembahasan tentang
aktualisasi-diri tidak bisa dilepaskan dari teori Maslow tentang
tingkat-tingkat kebutuhan. Menurut Maslow kebutuhan-kebutuhan itu adalah
faktor-faktor yang mendorong (memotivasi) orang untuk melakukan perbuatan.
Kebutuhan tingkat pertama berupa kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan
seperti makan, minum, dan hubungan seksual. Tingkat kedua berupa kebutuhan akan
rasa aman (safety needs), di mana orang bisa bebas melakukan
aktivitasnya tanpa terganggu oleh ancaman-ancaman yang dapat mengincar
keselamatannya. Tingkat ketiga adalah kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta (social
needs). Pada tingkat ini orang butuh untuk mengikatkan dirinya pada
kelompok sosial tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok
tersebut. Tingkat keempat adalah kebutuhan akan penghargaan (esteem needs).
Kelima, dan yang paling tinggi, adalah kebutuhan akan aktualisasi-diri.
Aktualisasi diri dapat diartikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan
penggunaan semua bakat, potensi, serta penggunaan semua kualitas dan kapasitas
secara penuh.
Karena
aktualisasi diri adalah kebutuhan yang paling tinggi, maka ia menjadi kebutuhan
yang paling rendah prioritasnya. Orang harus memenuhi keempat kebutuhan di
bawahnya untuk merasa butuh akan aktualisasi-diri. Karena itu, menurut Maslow,
sangat sedikit di dunia ini orang yang sudah mencapai tahap aktualisasi-diri;
kurang dari 1 (satu) persen dari seluruh manusia yang ada di bumi.
Meta-Kebutuhan dan Patologinya
Dalam
hirarkinya Maslow membedakan antara kebutuhan dasar (basic-needs) dan
kebutuhan tinggi (meta-kebutuhan atau meta-needs). Kebutuhan dasar
mencakup kebutuhan tingkat kesatu sampai tingkat keempat. Sedangkan
meta-kebutuhan adalah kebutuhan tingkat kelima (kebutuhan akan
aktualisasi-diri). Meta-kebutuhan inilah yang menjadi motivasi utama bagi orang
yang teraktualisasi-diri. Karena itu kebutuhan tingkat tertinggi ini disebut
juga meta-motivasi.
Maslow
mendata macam-macam meta-kebutuhan ini dan mendapatkan tujuh belas
meta-kebutuhan yang jika tidak terpenuhi akan menjadi meta-patologi (penyakit
kejiwaan). Tujuh belas meta-kebutuhan yang oleh Maslow disebut juga Being-values
(B-values; kebutuhan akan pertumbuhan) itu adalah:
1.
Kebenaran, dengan meta-patologinya ketidakpercayaan, sinisme, dan
skeptisisme.
2.
Kebaikan, dengan meta-patologinya kebencian, penolakan, kejijikan,
kepercayaan hanya pada dan untuk diri.
3.
Keindahan, dengan meta-patologinya kekasaran, kegelisahan,
kehilangan selera, rasa suram.
4.
Kesatuan, keparipurnaan, dengan meta-patologinya disintegrasi.
5.
Transendensi-dikotomi, dengan meta-patologinya pikiran
hitam/putih, pandangan salah satu dari dua, pandangan sederhana tentang
kehidupan.
6.
Penuh energi; proses, dengan meta-patologinya mati, menjadi robot,
terdeterminasi, kehilangan emosi dan semangat, kekosongan pengalaman.
7.
Keunikan, dengan meta-patologinya kehilangan perasaan diri dan
individualitas, anonim.
8.
Kesempurnaan, dengan meta-patologinya keputusasaan, tidak bisa
bekerja apa-apa.
9.
Kepastian, dengan meta-patologinya kacau-balau, tidak dapat
diramalkan.
10.
Penyelesaian; penghabisan, dengan meta-patologinya ketidaklengkapan,
keputusasaan, berhenti berjuang dan menanggulangi.
11.
Keadilan, dengan meta-patologinya kemarahan, sinisme, ketidakpercayaan,
pelanggaran hukum, mementingkan diri sendiri.
12.
Tata tertib, dengan meta-patologinya ketidakamanan, ketidakwaspadaan,
ketidakhati-hatian.
13.
Kesederhanaan, dengan meta-patologinya terlalu kompleks, kekacauan,
kebingungan, kehilangan orientasi.
14.
Kekayaan; keseluruhan; kelengkapan, dengan meta-patologinya depresi, kegelisahan,
kehilangan perhatian pada dunia.
15.
Tanpa susah payah; santai; tidak tegang, dengan meta-patologinya
kelelahan, tegangan, kecanggungan, kejanggalan, kekakuan.
16.
Bermain; kejenakaan, dengan meta-patologinya keseraman, depresi,
kesedihan.
17.
Mencukupi diri sendiri; mandiri, dengan meta-patologinya tidak berarti,
putus asa, hidup sia-sia.
Bagi
orang yang telah mencapai aktualisasi diri, tidak terpenuhinya satu apalagi
beberapa dari meta-kebutuhan itu akan membuatnya sangat kesakitan, lebih sakit
daripada kematian. Karena itu orang-orang besar seperti Sokrates, Isa,
Suhrawardi, Galileo, lebih memilih mati daripada hidup dalam tatanan sosial
yang menurutnya tidak adil.
Sifat-Sifat Orang Yang Mencapai Aktualisasi Diri
Untuk
mencapai tingkat aktualisasi-diri, orang harus sudah memenuhi empat kebutuhan
sebelumnya. Ia jangan lagi direpotkan oleh masalah mencari makan, jangan lagi
dihiraukan oleh ancaman keamanan dan penyakit, memiliki teman yang akrab dan
penuh rasa cinta, juga memiliki perasaan dihargai. Ia bebas dari neurosis,
psikosis, dan gangguan psikologis lain. Sifat lainnya adalah soal usia: orang
yang mengaktualisasikan dirinya tampaknya adalah orang yang telah setengah tua
atau lebih tua. Maslow bahkan menyebut usia 60 tahun atau lebih, sebab orang
setua ini sudah mencapai taraf kematangan (sudah hampir selesai), dalam arti
tidak akan atau sulit untuk berubah lagi.
Sifat-sifat
berikut ini merupakan manifestasi dari metakebutuhan-metakebutuhan yang
disebutkan di atas.
1.
Berorientasi secara Realistik
Inilah
sifat paling umum dari orang yang teraktualisasi. Ia mampu mengamati
objek-objek dan orang-orang di sekitarnya secara objektif. Maslow menyebut
persepsi objektif ini Being-cognition (B-cognition), suatu bentuk
pengamatan pasif dan reseptif, semacam kesadaran tanpa hasrat. Ia melihat dunia
secara jernih sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi oleh keinginan, kebutuhan,
atau sikap emosional.
2.
Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri
Orang
yang teraktualisasi menerima dirinya, kelemahan-kelemahan dan
kekuatan-kekuatannya tanpa keluhan atau kesusahan. Ia menerima kodratnya
sebagaimana adanya, tidak defensif atau bersembunyi di balik topeng-topeng atau
peranan sosial. Sikap penerimaan ini membuatnya mampu mendengarkan orang lain
dengan penuh kesabaran, rendah hati dan mau mengakui bahwa ia tidak tahu
segala-galanya dan bahwa orang lain akan mengajarinya sesuatu.
3.
Spontanitas, kesederhanaan, kewajaran
Dalam
semua segi kehidupan, orang yang teraktualisasi bertingkah laku secara terbuka
dan langsung tanpa berpura-pura. Ia tidak harus menyembunyikan emosi-emosinya,
tetapi dapat memerlihatkan emosi-emosi tersebut secara jujur dan wajar. Seperti
anak kecil, orang yang teraktualisasi kadang terlihat lugu, mendengarkan dengan
penuh perhatian, takjub dan heran akan sesuatu yang baru, dan itu semua
dilakukannya secara apa adanya tanpa dibuat-buat.
4.
Memusatkan diri pada masalah dan bukan pada diri sendiri
Orang
yang teraktualisasi-diri tidak pernah menyalahkan diri sendiri ketika gagal
melakukan sesuatu. Ia menganggap kegagalan itu sebagai suatu hal yang lumrah
dan biasa saja. Ia mungkin akan mengecam setiap ketololan dan kecerobohan yang
dilakukannya, tetapi hal-hal tersebut tidak menjadikannya mundur dan menganggap
dirinya tidak mampu. Dicobanya lagi memecahkan masalah dengan penuh kegembiraan
dan keyakinan bahwa ia mampu menyelesaikannya.
5.
Memiliki kebutuhan akan privasi dan independensi
Orang
yang mengaktualisasikan-diri memiliki kebutuhan yang kuat untuk memisahkan diri
dan mendapatkan suasana kesunyian atau suasana yang meditatif. Ia butuh
saat-saat tertentu untuk tidak terganggu oleh adanya orang lain. Ia memiliki
kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai keputusan, dan melaksanakan
dorongan dan disiplin dirinya sendiri.
6.
Berfungsi secara otonom terhadap lingkungan sosial dan fisik
Orang
yang mengaktualisasikan-diri sudah dapat melepaskan diri dari ketergantungan
yang berlebihan terhadap lingkungan sosial dan fisik. Pemuasan akan motif-motif
pertumbuhan datang dari dalam diri sendiri, melalui pemanfaatan secara penuh
bakat dan potensinya.
7.
Apresiasi yang senantiasa segar
Orang
yang teraktualisasi senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu
bagaimana pun seringnya pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan
kenikmatan yang segar, perasaan terpesona, dan kagum. Bulan yang bersinar
penuh, matahari terbenam, gelak tawa teman, dan hal-hal biasa lainnya selalu
dipandang seolah-olah merupakan pengalaman yang baru pertama kali baginya.
Apresiasi yang senantiasa segar ini membuat hidupnya selalu bergairah tanpa
kebosanan.
8.
Mengalami pengalaman-pengalaman puncak (peak experiences)
Ada
kesempatan di mana orang yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase,
kebahagiaan, perasan terpesona yang hebat dan meluap-luap, seperti pengalaman
keagamaan yang mendalam. Inilah yang disebut Maslow “peak experience”
atau pengalaman puncak. Pengalaman puncak ini ada yang kuat dan ada yang
ringan. Pada orang yang teraktualisasi, perasaan “berada di puncak” ini bisa
diperolehnya dengan mudah, setiap hari; ketika bekerja, mendengarkan musik,
membaca cerita, bahkan saat mengamati terbit matahari.
9.
Minat sosial
Orang
yang teraktualisasi memiliki perasaan empati dan afeksi yang kuat dan dalam
terhadap semua manusia, juga suatu keinginan membantu kemanusiaan. Ia menemukan
kebahagiaan dalam membantu orang lain. Baginya mementingkan orang lain berarti
mementingkan diri sendiri.
10.
Hubungan antarpribadi yang kuat
Orang
yang teraktualisasi memiliki cinta yang lebih besar, persahabatan yang lebih
dalam serta identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu lain.
Sahabat-sahabatnya bisa jadi tidak banyak, tetapi sangat akrab. Istrinya
mungkin cuma satu, tetapi cinta yang diterima dan diberikannya sangat
besar dan penuh kesetiaan. Ia tidak memiliki ketergantungan yang berlebihan
kepada orang yang dicintai sehingga membuatnya terhindar dari cemburu buta, iri
hati, dan kecemasan.
11.
Struktur watak demokratis
Orang
yang sangat sehat membiarkan dan menerima semua orang tanpa memerhatikan kelas
sosial, tingkat pendidikan, golongan politik, ras, warna kulit, bahkan agama.
Tingkah laku mereka menunjukkan tingkat toleransi yang tinggi, tidak angkuh,
tidak picik atau menganggap diri paling benar. Sifat ini menggabungkan beberapa
meta-kebutuhan seperti kebenaran, kejujuran, dan keadilan.
12.
Mampu mengintegrasikan sarana dan tujuan
Bagi
orang yang teraktualisasi, sarana adalah sarana dan tujuan adalah tujuan.
Tetapi berbeda dengan orang-orang biasa, orang yang teraktualisasi melihat
sarana bisa pula menjadi tujuan karena kesenangan dan kepuasan yang
ditimbulkannya. Pekerjaan bagi orang yang sehat bukanlah semata-mata untuk
mendapatkan keuntungan material, tetapi untuk mendapatkan kesenangan dan
kepuasan. “Menyenangi apa yang dilakukan” sekaligus “melakukan apa yang
disenangi”, membuat hidup bebas dari paksaan, terasa santai dan penuh dengan
rekreasi.
13.
Selera humor yang tidak menimbulkan permusuhan
Humor
yang disukai oleh orang yang mencapai aktualisasi lebih bersifat filosofis;
humor yang menertawakan manusia pada umumnya, bukan kepada individu tertentu.
Ini adalah sejenis humor yang bijaksana yang dapat membuat orang tersenyum dan
mengangguk tanda mengerti daripada membuatnya tertawa terbahak-bahak.
14.
Sangat kreatif
Kreativitas
juga merupakan ciri umum pada manusia superior ini. Ciri-ciri yang
berkaitan dengan kreativitas ini antara lain fleksibilitas, spontanitas,
keberanian, keterbukaan, dan kerendahan hati. Maslow percaya ini merupakan
sifat yang sering hilang tatkala orang sudah dewasa.
Kreativitas
bisa berarti menghasilkan karya baru, asli, inovatif, atau menggabungkan
beberapa penemuan sehingga didapatkan sesuatu yang berbeda. Kreativitas juga
merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan psikologis dan lebih mengenai
cara bagaimana kita mengamati dan beraksi terhadap dunia – suatu proses – dan
bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai.
15.
Menentang konformitas terhadap kebudayaan
Orang
yang teraktualisasi bukanlah penentang kebudayaan, tetapi ia dapat berdiri
sendiri dan otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh-pengaruh sosial untuk
berpikir dan bertindak menurut cara-cara tertentu yang diyakininya baik. Orang
ini tidak terlalu memermasalahkan hal-hal kecil seperti cara berpakaian,
tata-krama, cara makan, dan sebagainya, tetapi ia dapat keras dan terus-terang
jika mendapati soal-soal yang sangat penting baginya mengenai aturan-aturan dan
norma-norma masyarakat.
Referensi
Frank
G. Goble, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Penerjemah
Drs. A. Supratiknya (Yogyakarta: Kanisius, 1994)
Hall,
Calvin S. dan Gardner Lindzey, Teori-teori Holistik
(Organismik-Fenomenologis), Penerjemah Drs. Yustinus, M.Sc., OFM.
(Yogyakarta: Kanisius, 1993).
Schultz,
Suane, Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat, Penerjemah
Drs. Yustinus, M.Sc., OFM. (Yogyakarta: Kanisius, 1997).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar