BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kepribadian
cemas atau takut yang ditandai oleh pola terjebak dengan keteraturan yang
sangat kuat, perfeksionisme, dan kontrol mental serta interpersonal dengan
mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi. Obsesif kompulsif
ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi.
Obsesi adalah
pikiran-pikiran, bayangan-bayangan atau dorongan-dorongan intrusive dan
kebanyakan tidak masuk akal yang dicoba ditolak atau dieliminasi oleh individu.
Sedangkan kompulsi adalah pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan yang digunakan
untuk menekan obsesi dan membuat individu merasa lega. Gangguan obsesif
kompulsif dapat dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan,
karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan mengganggu rutinitas normal
seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau hubungan
dengan teman atau anggota keluarga.(Durand & Barlow, 2005)
The Aviator merupakan
sebuah film drama yang berbentuk biografi. Film ini mengangkat kisah perjalanan
hidup seorang Howard Hughes yang terkenal sebagai pelopor dan perintis
penerbangan dunia. Film yang disutradarai oleh Martin Scorsese dan dibintangi
oleh Leonardo DiCaprio ini, mengambil tema tentang kehidupan Howard Hughes dari
tahun 1920an sampai 1947.
Saat tersebut adalah saat-saat perjuangan Howard Hughes
mencapai kesuksesan sebagai produser film dan tokoh terkemuka di bidang
penerbangan, serta ketidakberdayaannya menghadapi kenyataan bahwa ia menderita
kelainan, yang kemudian dikenal sebagai obsessive-compulsive disorder.
Oleh karena sebab diatas, penulis merasa tertarik dan memutuskan untuk
menganalisis tentang obsessive-compulsive disorder.
II.
Rumusan Masalah
Dalam membuat sebuah makalah harus ada batasannya agar
penjelasan yang akan disampaikan menjadi lebih efektif. Disamping itu,
pembatasan masalah perlu dilakukan dengan maksud untuk memfokuskan pembahasan
sehingga permasalahan yang diangkat dapat diulas lebih terperinci dan terhindar
dari penguraian panjang yang tidak terkait dengan permasalahan yang akan
diteliti. Pembatasan masalah pada penelitian ini meliputi aspek ekstrinsik,
yaitu meliputi teori-teori yang berhubungan dengan OCD (obsessive-compulsive
disorder).
III.
Tujuan
1.
Untuk menganalisis gejala OCD yang terjadi pada tokoh Howard Hughes.
2.
Untuk menganalisis penyebab OCD yang terjadi pada tokoh tersebut.
3.
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kepribadian ii.
.BAB II
PEMBAHASAN
A. Sinopsis dan Penokohan dalam Film “The Aviator”
Howard Hughes
(Leonardo DiCaprio) adalah seorang pengusaha sukses asal Texas. Dia adalah
sutradara film—film epik besar pertama sejak jaman film bersuara, Hell’s Angels
yang sempat mencetak film termahal dunia, dan film western pamer payudara, The
Outlaw. Dia juga merupakan produser film—yang paling terkenal adalah Scarface
versi asli tahun 1932 dengan sutradara Howard Hawks. Dan, kecintaannya terhadap
penerbangan membuatnya dirinya bangga dijuluki Sang Penerbang. Film ini adalah mengenai
karirnya yang penuh pertaruhan besar dalam perfilman maupun industri pesawat,
kisah cintanya yang penuh petualangan, dan penyakit yang dideritanya.
The Aviator
lebih bercerita tentang siapa itu Howard Hughes, bukan bagaimana pengaruh
Howard Hughes. Satu bagian mengerikan ketika penyakit Hughes mulai kumat. Dia
menyendiri dalam kamar yang ditempati dan mulai mengkhayal—satu monolog tentang
susu yang terletak di kamarnya. Dia terlalu khawatir dengan kebersihan—walaupun
dirinya sendiri tidak 100% higenis. Betapa tertekannya Tuan Hughes. Memiliki
uang milyaran dollar tetapi tidak berani menyentuh gagang pintu. Terkadang,
Saya jadi teringat dengan diri sendiri. Saya pernah selalu membawa sabun setiap
kali pergi—untungnya Saya tidak cuci tangan sampai berdarah.
The Aviator
adalah mengenai karir Hughes sebagai seorang sutradara. Dia membuat film
pesawat perang dunia pertama Hell’s Angels selama dua tahun. Pesawat-pesawatnya
sangat mahal dan yang memancing kontroversi bagi petinggi-petinggi studio, dia
sudah memakai 24 kamera untuk adegan klimaksnya, dan masih perlu dua lagi!
Untung filmnya sukses. Selanjutnya, The Aviator mulai memasuki konflik utama
filmnya: penerbangan. Walaupun untuk selanjutnya, diperlihatkan masa Hughes
saat memperjuangkan film western nakalnya, The Outlaw.
Hughes
digambarkan sebagai pria ambisius, dan penuh semangat remaja—ini masa-masa
ketika Hughes remaja. Jiwa berpetualangnya itu memikat hati Katharine Hepburn.
Diakui oleh mereka, jiwa seorang Hughes berbeda dengan Hepburn yang “hanya”
seorang bintang film. Hubungan mereka tidak bisa berlangsung lama. Sampai
Hepburn berpasangan dengan Spencer Tracy seperti yang kita ketahui bersama.
Tidak semua orang juga suka sifat Hughes yang eksentrik dan playboy itu.
Sesuai
judulnya, masalah terbesarnya datang dengan pertaruhan terhadap proyek
besar-besarannya tentang model pesawat-pesawat penemuannya. Noah Dietrich (John
C. Reilly) adalah banker Hughes. Hughes membayarnya lebih banyak agar Dietrich
bekerja lebih keras. Sebenarnya Dietrich justru dipakai sebagai mesin penjawab
dan kalkulator saja. Begitu juga dengan professor (Ian Holm), seseorang yang
bertugas mencarikan awan untuk Hell’s Angels dan ikut memperjuangkan The Outlaw
itu. Sebagai tokoh “antagonis” adalah Senator Owen Brewster (Alan Alda) dan
ketua An Am, Juan Trippe (Alec Baldwin). Mereka berdua juga tampil bersinar.
Merancang hotel terbang seperti Hercules itu membutuhkan perjuangan. Hughes.
Hughes sempat dituduh mengambil keuntungan dari perang.
Satu hal yang
sedikit mengganjal adalah endingnya. Hughes adalah tipikal orang kaya yang
bukan orang kaya. Dia kerap mengulang-ulang omongannya dan akan sangat
memalukan jika orang melihatnya seperti itu. Ini adalah film tentang siapa itu
Howard Hughes. Bukan juga sebenarnya, apa yang dilakukan Howard Hughes.
B. Analisis Kasus
Disini, Howard tidak terlalu diceritakan masa lalunya,
hanya di awal-awal film diperlihatkan seorang Howard kecil yang sedang
dimandikan oleh ibunya, padahal anak tersebut bukan lagi anak kecil yang masih
harus dimandikan oleh ibunya (late childhood). Saat menyabuni Howard kecil,
Ibunya memberi sugesti kepadanya bahwa dunia luar itu jahat, dia tidak aman
berada disana, dan ibunya selalu mengajari Howard mengeja kata “QUARANTINE”,
pada saat membersihkan dirinya. Karena Howard dibesarkan dari keluarga yang terlalu
mementingkan kebersihan, Howard tumbuh menjadi orang yang sangat higienis dan
cemas apabila dirinya terkena kotoran.
Sekarang Howard adalah seorang produser sekaligus
sutradara film sekaligus pembuat pesawat terbang. Dimana segala yang ia mau
harus didapat dan apa yang ia kerjakan hasilnya harus sempurna. Semua karyawan
Howard haruslah bersih, seperti memakai sarung tangan apabila sedang bekerja,
dan apabila ada karyawannya yang terlihat tidak bersih, seperti seorang kakek
yang ada dibagian kebersihan yang mempunyai kuku yang kotor, Howard tidak
segan-segan untuk memecatnya. Howard sangat tidak suka dan jijik apabila
melihat orang lain yang tidak memperhatikan kebersihan atau badannya kotor.
Howard juga merasa sangat tidak nyaman jika harus bersentuhan dengan orang yang
tidak ia sukai (musuh), apabila bersentuhan ia akan segera mencuci tangannya
berulang-ulang kali dengan menggunakan sabun yang sama dengan sabun yang biasa
ibunya pakai untuk membersihkan tubuhnya.
Bahkan apabila ia membenci sesorang (putus dari
kekasihnya), ia tidak segan-segan untuk membakar semua bajunya yang pernah
disentuh oleh orang tersebut. Ia melakukan itu karena menganggap semua itu
kotor, dan ia harus bersih dari kotoran-kotoran tersebut. Semakin ia merasa
cemas atau merasa tertekan atas ketidakbersihan lingkungan disekitarnya,
tingkah laku tersebut semakin menjadi yaitu terus mencuci tangan atau mengelap
tangannya secara berulang-ulang, mengucapkan sesuatu secara berulang-ulang,
atau pun mengeja kata “QUARANTINE” secara berulang-ulang, sampai-sampai ia
harus menutup mulutnya sendiri.
Howard mempunyai gangguan OCD yang neurosis karena
:
-
Ada kecemasan
-
Dia sadar
tingkah lakunya itu konyol tapi tetap tidak bisa berhenti.
Segi Kognitif :
-
Obsesi
: terobsesi dengan keadaan yang serba higienis.
-
Ritual
kognitif : mengucapkan sesuatu secara berulang.
Segi Motorik :
-
Ritual
Motorik : membersihkan badannya dan mencuci tangannya
secara berulang.
-
Penghindaran
Kompulsif : mengeja kata “QUARANTINE”.
C. Teori tentang OCD (Obsesif Complusif Disorder)
i.
Pengertian
Ø Obsesi adalah pikiran, impuls,dan citra
yang mengganggu dan berulang yang muncul dengan sendirinya serta tidak dapat
dikendalikan, walaupun demikian biasanya tidak selalu tampak irasional bagi
individu yang mengalaminya. Secara klinis, obsesi yang paling banyak terjadi
berkaitan dengan ketakutan akan kontaminasi , ketakutan mengekspresikan impuls
seksual atau agresif, dan ketakutan hipokondrial akan disfungsi tubuh (Jenike,
Baer,&Minichiello,1986). Obsesi juga dapat berupa keragu-raguan ekstrem,
prokrastinasi, dan ketidaktegasan.
Ø Kompulsi adalah perilaku atau tindakan
mental repetitif yang mana seseorang merasa didorong untuk melakukannya dengan
tujuan untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan pikiran-pikiran obsesif atau
untuk mencegah terjadinya suatu bencana. Aktivitas tersebut tidak berhubungan
secara realistis dengan tujuan yang ada atau jelas berlebihan. Frekuensi
pengulangan suatu tindakan, fisik atau mental, dapat luar biasa tinggi.
Kompulsi sering dianggap oleh pelaku sebagai sesuatu yang tidak berasal dari
dirinya (ego distonik). Stern dan Cobb (1978) menemukan bahwa 78% dari sampel
individu kompulsif memandang ritual mereka sebagai “cukup bodoh atau aneh”
walaupun mereka tidak mampu menghentikannya.
Ø Obsesif Kompulsi merupakan suatu gangguan
anxietas di mana pikiran dipenuhi dengan pemikiran yang menetap dan tidak
dapat dikendalikan dan individu dipaksa untuk terus-menerus mengulang tindakan
tertentu, menyebabkan distress yang signifikan dan mengganggu keberfungsian
sehari-hari.
ii.
Landasan
Teori
Ø Perspektif
psikoanalisis
Menurut pandangan psikoanalisa, obsesif-kompulsif timbul
dari daya-daya instinktif seperti seks dan agresivitas, yang tidak berada di
bawah kontrol individu karena toilet-training
yang kasar (Fausiah & Widury, 2007). Sedangkan Adler (dalam Fausiah &
Widury, 2007) memandang obsesif kompulsif sebagai hasil dari perasaan tidak
kompeten.
Ø Perspektif
behavioristik
Para ahli tingkah laku mengemukakan bahwa obsesif
kompulsif adalah perilaku yang dipelajari, dan diperkuat dengan berkurangnya
rasa takut (Davison & Neale, 2001). Teori Behavioral menganggap kompulsi
sebagai perilaku yang dipelajari yang dikuatkan oleh redukasi yang kuat.
Ø Perspektif
kognitif
Ide lain yang muncul adalah kompulsi
memeriksa terjadi karena defisit ingatan. Ketidakmampuan untuk mengingat beberapa
tindakan dengan akurat, atau untuk membedakan antara perilaku yang benar-benar
dilakukan dan imajinasi seseorang memeriksa berkali-kali. Sedangkan pemikiran
obsesif muncul karena ketidakmampuan atau kesulitan untuk mengabaikan stimulus
(Davison & Neale, dalam Fausiah & Widury, 2007).
Ø Teori
belajar (Learning theory)
Gabungan dari teori dan pengalaman dalam aplikasi terapi
perilaku timbul beberapa konsep terjadinya gangguan obsesi kompulsi (Mahajudin,
1995).
a. Mowre’s
two stage theory
Mowrer
mengajukan teori ini di tahun 1939 dan dikembangkan oleh Dollard dan Miller di
tahun 1950. Gangguan obsesi kompulsi ini didapat secara dua tahap. Tahap
pertama adalah adanya rangsangan yang menimbulkan kecemasan. Reaksi yang timbul
adalah menghindari (escape) atau
menolak (avoidance). Respon-respon
ini menimbulkan negative reinforcement
akibat berkurangnya rasa cemas.
Tahap
berikutnya adalah upaya menetralisasi kecemasan yang masih ada dengan rangkaian
kata-kata, gagasan-gagasan atau bayangan-bayangan bahkan objek-objek lain.
Penyebarluasan ini mengaburkan asal-usul rangsangan tadi. Kecemasan terhadap
suatu objek tadi sudah meluas menjadi perasaan tidak enak atau tidak menentu.
Sebagai kompensasinya penderita menentukan strategi perilaku yang enak baginya
dan perilaku ini menetap menjadi kompulsif akibat negative reinforcement.
Tahap
kedua, banyak berkurangnya tetapi sedikitnya dapat menerangkan kenapa kompulsi
bertahan sebagai alat mengurangi rasa cemas.
b.
Cognitive
behavior therapy
Oleh
Carr tahun 1971 dan dikembangkan oleh McFall dan Wollensheim tahun 1979. Teori
ini mengatakan bahwa gangguan obsesi kompulsif pada oran-orang tertentu di
“kreasi” oleh dirinya sendiri.
Prinsip
yang salah, menimbulkan persepsi yang keliru dan menakutkan, akhirnya
menambahkan kecemasan. Pencetusnya bisa disebabkan oleh kejadaian sehari-hari.
D. Gejala OCD
Gejala-gejala
obsesif-kompulsif menurut PPDGJ-III, harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Harus
disadari sebagai pikiran atau implus dari diri sendiri.
2. Sedikitnya
ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada
lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
3. Pikiran
untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang memberi
kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas,
tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas).
Gagasan, bayangan pikiran, atau implus tersebut harus
merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
Adapun gejala-gejala OCD, diantaranya :
- Checkers
Seseorang yang menderita jenis ini
adalah seseorang yang selalu mengecek apapun secara berulang-ulang hingga dia
merasa keadaan telah aman. Orang tersebut melakukan semua itu dengan tujuan
untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak baik. Beberapa kebiasan
checkers adalah memastikan apakah kompor sudah mati atau apakah pintu sudah
dikunci atau hal-hal lain yang sekiranya akan membahayakan
- Washers & Cleaners
Mereka adalah orang-orang yang takut
akan terkontaminasi sesuatu seperti kuman, kotoran, ataupun penyakit. Untuk
membuat mereka yakin tidak terkontaminasi, mereka akan melakukan hal-hal selama
mungkin setelah bersentuhan dengan sesuatu. Contohnya dengan mandi dengan waktu
yang lama, mencuci tangannya beruang-ulang, atau membersihkan rumah selama
berjam-jam. Itu mereka lakukan sampai mereka yakin bahwa mereka telah aman dari
kuman, kotoran, ataupun penyakit.
- Repeaters
Mereka adalah orang-orang yang
selalu mengulang perbuatan. Ketika ketakutan datang ke dalam pikiran mereka,
mereka merasa suatu kebutuhan untuk mengulang sesuatu agar pikiran itu tidak
datang. Misalnya menghindarkan pasangan dari kejelekan dengan cara memakaikan
baju kemudian melepaskannya. Semua itu dilakukan berulangulang hingga pikiran
tentang kematian itu hilang
- Orders
Order adalah orang-orang yang ingin
benda-benda disekitarnya tersusun dalam bentuk yang simetris. Mereka
menghabiskan banyak waktu hanya untuk menyakinkan bahwa benda-benda tersebut
tersusun dengan benar. Biasanya mereka akan cemas dan kecewa jika benda milik
mereka tidak tersusun dengan benar.
- Hoarders
Hoarder adalah mereka yang
mengumpulkan benda-benda yang mereka pikir akan sangat tidak mungkin untuk
dibuang. Misalnya adalah ketika seseorang mengumpulkan begitu banyak koran
untuk waktu yang lama karena mereka pikir suatu saat mereka akan membutuhkan
artikelnya.
- Thinking Ritualizes
Thinker ritualizes bentuknya hampir
sama dengan repeaters. Tetapi thinker ritualizes adalah mereka yang pikirannya
itu muncul akibat dari kebiasaan. Berdoa dengan suara yang pelan dan
berulang-ulang serta mengucapkan kata, atau kalimat secara berulang-ulang pula
merupakan beberapa contoh pemikir yang umum.
E. Penyebab OCD
1) Aspek
Biologis
Davison & Neale (Fausiah & Widury, 2007)
menjelaskan bahwa salah satu penjelasan yang mungkin tentang gangguan
obsesif-kompulsif adalah keterlibatan neurotransmitter di otak, khususnya
kurangnya jumlah serotonin. Keterlibatan serotonin ini belum sebagai penyebab
individu mengalami gangguan obsesif kompulsif, melainkan sebagai pembentuk dari
gangguan ini.
Fungsi serotonin di otak ditentukan oleh lokasi system
proyeksinya. Proyeksi pada konteks frontal diperlukan untuk pengaturan mood,
proyeksi pada ganglia basalis bertanggung jawab pada gangguan obsesi kompulsi
(Pinzon, 2006).
2) Psikologis
Menurut Salkovskis, dkk; Steketee dan Barlow, klien-klien
OCD menyetarakan pikiran dengan tindakan atau aktifitas tertentu yang
dipresentasikan oleh pikiran tersebut. Ini disebut “thought-action fusion” (fusi pikiran dan tindakan). Fusi antara
pikiran dan tindakan ini dapat disebabkan oleh sikap-sikap tanggung jawab yang
berlebih-lebihan yang menyebabkan timbulnya rasa bersalah seperti yang
berkembang selama masa kanak-kanak, dimana pikiran jahat diasosiasikan dengan niat
jahat (Durand & Barlow, 2006).
3) Faktor
Psikososial
Menurut Sigmund Freud, gangguan obsesif-kompulsif bisa
disebabkan karena regresi dari fase anal dalam perkembangannya. Mekanisme
pertahanan psikologis mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi pada
gangguan obsesif-kompulsif. Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin
menjadi alasan timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut.
F. Terapi OCD
1. Pendekatan
Psikoanalisa
Terapi yang dilakukan adalah mengurangi represi dan
memungkinkan pasien untuk menghadapi hal yang benar-benar ditakutinya. Namun
karena pikiran-pikiran yang mengganggu dan perilaku kompulsif bersifat
melindungi ego dari konflik yang direpres, maka hal ini menjadi sulit untuk
dijadikan target terapi, dan terapi psikoanalisa tidak terlalu efektif untuk
menangani gangguan obsesif-kompulsif (Fausiah & Widury, 2007).
2. Exposure
and Response Prevention
Terapi ini (dikenal pula dengan sebutan flooding) diciptakan oleh Victor Meyer
(1966), dimana pasien menghadapkan dirinya sendiri pada situasi yang
menimbulkan tindakan kompulsif atau (seperti memegang sepatu yang kotor) dan
kemudian menahan diri agar tidak menampilkan perilaku yang menjadi ritualnya
membuatnya menghadapi stimulus yang membangkitkan kecemasan, sehingga memungkinkan
kecemasan menjadi hilang. (Fausiah & Widury, 2007)
3. Rational-Emotive
Behavior Therapy
Menurut Davison & Neale (Fausiah & Widury, 2007)
terapi ini digunakan dengan pemikiran untuk membantu pasien menghapuskan
keyakinan bahwa segala sesuatu harus terjadi menurut apa yang mereka inginkan,
atau bahwa hasil pekerjaan harus selalu sempurna. Terapi kognitif dari Beck
juga dapat digunakan untuk menangani pasien gangguan obsesif kompulsif. Pada
pendekatan ini pasien diuji untuk menguji ketakutan mereka bahwa hal yang buruk
akan terjadi jika mereka tidak menampilkan perilaku kompulsi.
4. Farmakoterapi
Obat-obat Selective
Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) bekerja terutama pada terminal akson
presinaptik dengan menghambat ambilan kembali serotonin. Penghambatan ambilan
kembali serotonin diakibatkan oleh ikatan obat (misalnya: fluoxetine) pada
transporter ambilan kembali yang spesifik, sehinggga tidak ada lagi
neurotransmitter serotonin yang dapat berkaitan dengan transporter. Hal
tersebut akan menyebabkan serotonin bertahan lebih lama di celah sinaps.
Pengguanaan Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor (SSRI) terutama ditujukan untuk memperbaiki perilaku stereotipik
, perilaku melukai diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin, dan
ritual obsesif dengan ansietas yang tinggi. Salah satu alas an utama pemilihan
obat-obat penghambat reuptake serotonin yang selektif adalah kemampuan terapi.
Efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian
fluexetine adalah nausea, disfunfsi seksual, nyeri kepala, dan mulut kering.
Toleransi SSRI yang relative baik disebabkan oleh karena sifat selektivitasnya.
Obat SSRI tidak banyak berinteraksi dengan reseptor neurotransmitter lainnya.
Penelitian awal dengan metode pengamatan kasus serial terhadap 8 subjek.
Tindakan terapi ditujukan untuk mengatasi gejala-gejala disruptif, dan dimulai
dengan fluexetine dosis 10 mg/hari dengan pengamatan. Perbaikan paling nyata
dijumpai pada gangguan obsesif dan gejal cemas (Pinzon dkk.,2006).
5. Terapi
Keluarga (Family therapy)
Terapi keluarga (Majahudin, 1995), merupakan teknik
pengobatan yang sangat penting bila pada keluarga pasien OCD ini didapatkan
kekacauan hubungan dalam keluarga, kesukaran dalam perkawinan, masalah
spesifikasi dalam anggota keluarga atau peran anggota keluarga yang kurang
sesuai yang akan mengganggu keberhasilan
fungsi masing-masing individu dalam keluarga termasuk dalam waktu jangka
panjang akan berakibat buruk pada anak OCD.
Seluruh anggota keluarga dimasukkan ke dalam proses
terapi, menggunakan semua data anggota keluarga seperti tingkah laku individu
dalam keluarga. Menilai tingkah laku setiap anggota keluarga yang mempengaruhi
tingkah laku yang baik dan membina pengaruh tingkah laku yang positif dari
setiap individu.
6. Terapi
perilaku (Behavior therapy)
Leonardo mengatakan (Majahudin, 1995) bahwa teknik terapi
perilaku yang khusus digunakan untuk pasien anak usia lebih tua dan remaja
dengan gangguan OCD adalah latihan relaksasi dan response prevention technique.
Terapi perilaku pada penderita OCD, awalnya mengumpulkan
informasi yang lengkap mengenai riwayat timbulnya gejala OCD, isyarat faktor
internal dan fakto eksternal, serta faktor pencetus akan timbulnya gejala OCD.
Kemudian mengawasi tingkah laku pasien dala menghindari situasi yang
menimbulkan kecemasan, menghindari timbulnya gejala kompulsif dan tingkat
kecemasan pasien saat timbul gejala OCD harus diperiksa secara teliti.
Teknik terapi perilaku yang dianjurkan pada anak dan
remaja (Majahudin, 1995) :
a. Latihan
relaksasi
Pasien
diminta untuk berpikir dan bersikap rileks dan kemudian pasien diminta untuk
memikirkan pikiran obsesi masuk dalam alam sadar. Ketika pikiran obsesi muncul,
maka terapi akan meminta pasien untuk menghentikan pemikiran itu, misalnya
dengan cara memukul maja, atau menarik tali elastic yang diikatkan pada tangan.
Hal ini dilakukan di rumah atau di mana saja.
b. Response prevention technique
Mula-mula
didapatkan dulu rangsangan (stimulus) atau pencetus yang menyebabkan dorongan
untuk melakukan tindakan kompulsif. Jika rangsangan kompulsif muncul maka
pasien secara aktif diberanikan untuk melawan tingkah laku kompulsif, sering
dengan mengalihkan perhatian pasien sehingga tindakan kompulsif tidak mungkin
dilakukan misalnya dengan memukul meja.
c. Penurunan
kecemasan
Tujuan dari terapi
ini untuk menghilangkan kecemasan yang menimbulkan gejala obsesif dan
kompulsif.
Hal ini dilakukan
dengan desensitisasi secara sistematik yakni dengan menghadapkan anak atau
remaja pada situasi yang menakutkan (misalnya pisau, hal-hal yang kotor,
pegangan pintu dan sebagainya) secara pelan-pelan samapai ketakutan dan
kecemasan hilang atau tidak ada lagi.
BAB
II
PENUTUP
1. Kesimpulan
§ Howard mempunyai gangguan
OCD yang neurosis karena :
- Ada
kecemasan
- Dia sadar
tingkah lakunya itu konyol tapi tetap tidak bisa berhenti.
§ Segi
Kognitif :
- Obsesi : terobsesi dengan keadaan yang serba higienis.
- Ritual
kognitif :
mengucapkan sesuatu secara berulang.
§ Segi
Motorik :
- Ritual
Motorik :
membersihkan badannya dan mencuci tangannya secara berulang.
- Penghindaran
Kompulsif : mengeja kata “QUARANTINE”.
Ada beberapa terapi yang cocok untuk penyembuhan Howard
ini, diantaranya :
Ø Rational-Emotive
Behavior Therapy
Menurut
Davison & Neale (Fausiah & Widury, 2007) terapi ini digunakan dengan
pemikiran untuk membantu pasien menghapuskan keyakinan bahwa segala sesuatu
harus terjadi menurut apa yang mereka inginkan, atau bahwa hasil pekerjaan
harus selalu sempurna. Terapi kognitif dari Beck juga dapat digunakan untuk
menangani pasien gangguan obsesif kompulsif. Pada pendekatan ini pasien diuji
untuk menguji ketakutan mereka bahwa hal yang buruk akan terjadi jika mereka
tidak menampilkan perilaku kompulsi.
Teknik terapi perilaku yang dianjurkan pada anak dan
remaja (Majahudin, 1995) :
d. Latihan
relaksasi
Pasien
diminta untuk berpikir dan bersikap rileks dan kemudian pasien diminta untuk
memikirkan pikiran obsesi masuk dalam alam sadar. Ketika pikiran obsesi muncul,
maka terapi akan meminta pasien untuk menghentikan pemikiran itu, misalnya
dengan cara memukul maja, atau menarik tali elastic yang diikatkan pada tangan.
Hal ini dilakukan di rumah atau di mana saja.
e. Response prevention technique
Mula-mula
didapatkan dulu rangsangan (stimulus) atau pencetus yang menyebabkan dorongan
untuk melakukan tindakan kompulsif. Jika rangsangan kompulsif muncul maka
pasien secara aktif diberanikan untuk melawan tingkah laku kompulsif, sering
dengan mengalihkan perhatian pasien sehingga tindakan kompulsif tidak mungkin
dilakukan misalnya dengan memukul meja.
f. Penurunan
kecemasan
Tujuan dari terapi
ini untuk menghilangkan kecemasan yang menimbulkan gejala obsesif dan
kompulsif.
Hal ini dilakukan
dengan desensitisasi secara sistematik yakni dengan menghadapkan anak atau
remaja pada situasi yang menakutkan (misalnya pisau, hal-hal yang kotor, pegangan
pintu dan sebagainya) secara pelan-pelan samapai ketakutan dan kecemasan hilang
atau tidak ada lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar