Blogger Widgets

Minggu, 08 Desember 2013

Review Film Aviator dari segi Psikologi

BAB I
PENDAHULUAN

     I.        Latar Belakang
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kepribadian cemas atau takut yang ditandai oleh pola terjebak dengan keteraturan yang sangat kuat, perfeksionisme, dan kontrol mental serta interpersonal dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi. Obsesif kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi.
Obsesi  adalah pikiran-pikiran, bayangan-bayangan atau dorongan-dorongan intrusive dan kebanyakan tidak masuk akal yang dicoba ditolak atau dieliminasi oleh individu. Sedangkan kompulsi adalah pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan yang digunakan untuk menekan obsesi dan membuat individu merasa lega. Gangguan obsesif kompulsif dapat dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan mengganggu rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman atau anggota keluarga.(Durand & Barlow, 2005)
The Aviator merupakan sebuah film drama yang berbentuk biografi. Film ini mengangkat kisah perjalanan hidup seorang Howard Hughes yang terkenal sebagai pelopor dan perintis penerbangan dunia. Film yang disutradarai oleh Martin Scorsese dan dibintangi oleh Leonardo DiCaprio ini, mengambil tema tentang kehidupan Howard Hughes dari tahun 1920an sampai 1947.
Saat tersebut adalah saat-saat perjuangan Howard Hughes mencapai kesuksesan sebagai produser film dan tokoh terkemuka di bidang penerbangan, serta ketidakberdayaannya menghadapi kenyataan bahwa ia menderita kelainan, yang kemudian dikenal sebagai obsessive-compulsive disorder. Oleh karena sebab diatas, penulis merasa tertarik dan memutuskan untuk menganalisis tentang obsessive-compulsive disorder.



   II.        Rumusan Masalah
Dalam membuat sebuah makalah harus ada batasannya agar penjelasan yang akan disampaikan menjadi lebih efektif. Disamping itu, pembatasan masalah perlu dilakukan dengan maksud untuk memfokuskan pembahasan sehingga permasalahan yang diangkat dapat diulas lebih terperinci dan terhindar dari penguraian panjang yang tidak terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Pembatasan masalah pada penelitian ini meliputi aspek ekstrinsik, yaitu meliputi teori-teori yang berhubungan dengan OCD (obsessive-compulsive disorder).

  III.        Tujuan
1. Untuk menganalisis gejala OCD yang terjadi pada tokoh Howard Hughes.
2. Untuk menganalisis penyebab OCD yang terjadi pada tokoh tersebut.
3. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kepribadian ii.



















.BAB II
PEMBAHASAN

A.  Sinopsis dan Penokohan dalam Film “The Aviator”
Howard Hughes (Leonardo DiCaprio) adalah seorang pengusaha sukses asal Texas. Dia adalah sutradara film—film epik besar pertama sejak jaman film bersuara, Hell’s Angels yang sempat mencetak film termahal dunia, dan film western pamer payudara, The Outlaw. Dia juga merupakan produser film—yang paling terkenal adalah Scarface versi asli tahun 1932 dengan sutradara Howard Hawks. Dan, kecintaannya terhadap penerbangan membuatnya dirinya bangga dijuluki Sang Penerbang. Film ini adalah mengenai karirnya yang penuh pertaruhan besar dalam perfilman maupun industri pesawat, kisah cintanya yang penuh petualangan, dan penyakit yang dideritanya.
The Aviator lebih bercerita tentang siapa itu Howard Hughes, bukan bagaimana pengaruh Howard Hughes. Satu bagian mengerikan ketika penyakit Hughes mulai kumat. Dia menyendiri dalam kamar yang ditempati dan mulai mengkhayal—satu monolog tentang susu yang terletak di kamarnya. Dia terlalu khawatir dengan kebersihan—walaupun dirinya sendiri tidak 100% higenis. Betapa tertekannya Tuan Hughes. Memiliki uang milyaran dollar tetapi tidak berani menyentuh gagang pintu. Terkadang, Saya jadi teringat dengan diri sendiri. Saya pernah selalu membawa sabun setiap kali pergi—untungnya Saya tidak cuci tangan sampai berdarah.
The Aviator adalah mengenai karir Hughes sebagai seorang sutradara. Dia membuat film pesawat perang dunia pertama Hell’s Angels selama dua tahun. Pesawat-pesawatnya sangat mahal dan yang memancing kontroversi bagi petinggi-petinggi studio, dia sudah memakai 24 kamera untuk adegan klimaksnya, dan masih perlu dua lagi! Untung filmnya sukses. Selanjutnya, The Aviator mulai memasuki konflik utama filmnya: penerbangan. Walaupun untuk selanjutnya, diperlihatkan masa Hughes saat memperjuangkan film western nakalnya, The Outlaw.
Hughes digambarkan sebagai pria ambisius, dan penuh semangat remaja—ini masa-masa ketika Hughes remaja. Jiwa berpetualangnya itu memikat hati Katharine Hepburn. Diakui oleh mereka, jiwa seorang Hughes berbeda dengan Hepburn yang “hanya” seorang bintang film. Hubungan mereka tidak bisa berlangsung lama. Sampai Hepburn berpasangan dengan Spencer Tracy seperti yang kita ketahui bersama. Tidak semua orang juga suka sifat Hughes yang eksentrik dan playboy itu.
Sesuai judulnya, masalah terbesarnya datang dengan pertaruhan terhadap proyek besar-besarannya tentang model pesawat-pesawat penemuannya. Noah Dietrich (John C. Reilly) adalah banker Hughes. Hughes membayarnya lebih banyak agar Dietrich bekerja lebih keras. Sebenarnya Dietrich justru dipakai sebagai mesin penjawab dan kalkulator saja. Begitu juga dengan professor (Ian Holm), seseorang yang bertugas mencarikan awan untuk Hell’s Angels dan ikut memperjuangkan The Outlaw itu. Sebagai tokoh “antagonis” adalah Senator Owen Brewster (Alan Alda) dan ketua An Am, Juan Trippe (Alec Baldwin). Mereka berdua juga tampil bersinar. Merancang hotel terbang seperti Hercules itu membutuhkan perjuangan. Hughes. Hughes sempat dituduh mengambil keuntungan dari perang.
Satu hal yang sedikit mengganjal adalah endingnya. Hughes adalah tipikal orang kaya yang bukan orang kaya. Dia kerap mengulang-ulang omongannya dan akan sangat memalukan jika orang melihatnya seperti itu. Ini adalah film tentang siapa itu Howard Hughes. Bukan juga sebenarnya, apa yang dilakukan Howard Hughes.

B.  Analisis Kasus
Disini, Howard tidak terlalu diceritakan masa lalunya, hanya di awal-awal film diperlihatkan seorang Howard kecil yang sedang dimandikan oleh ibunya, padahal anak tersebut bukan lagi anak kecil yang masih harus dimandikan oleh ibunya (late childhood). Saat menyabuni Howard kecil, Ibunya memberi sugesti kepadanya bahwa dunia luar itu jahat, dia tidak aman berada disana, dan ibunya selalu mengajari Howard mengeja kata “QUARANTINE”, pada saat membersihkan dirinya. Karena Howard dibesarkan dari keluarga yang terlalu mementingkan kebersihan, Howard tumbuh menjadi orang yang sangat higienis dan cemas apabila dirinya terkena kotoran.
Sekarang Howard adalah seorang produser sekaligus sutradara film sekaligus pembuat pesawat terbang. Dimana segala yang ia mau harus didapat dan apa yang ia kerjakan hasilnya harus sempurna. Semua karyawan Howard haruslah bersih, seperti memakai sarung tangan apabila sedang bekerja, dan apabila ada karyawannya yang terlihat tidak bersih, seperti seorang kakek yang ada dibagian kebersihan yang mempunyai kuku yang kotor, Howard tidak segan-segan untuk memecatnya. Howard sangat tidak suka dan jijik apabila melihat orang lain yang tidak memperhatikan kebersihan atau badannya kotor. Howard juga merasa sangat tidak nyaman jika harus bersentuhan dengan orang yang tidak ia sukai (musuh), apabila bersentuhan ia akan segera mencuci tangannya berulang-ulang kali dengan menggunakan sabun yang sama dengan sabun yang biasa ibunya pakai untuk membersihkan tubuhnya.
Bahkan apabila ia membenci sesorang (putus dari kekasihnya), ia tidak segan-segan untuk membakar semua bajunya yang pernah disentuh oleh orang tersebut. Ia melakukan itu karena menganggap semua itu kotor, dan ia harus bersih dari kotoran-kotoran tersebut. Semakin ia merasa cemas atau merasa tertekan atas ketidakbersihan lingkungan disekitarnya, tingkah laku tersebut semakin menjadi yaitu terus mencuci tangan atau mengelap tangannya secara berulang-ulang, mengucapkan sesuatu secara berulang-ulang, atau pun mengeja kata “QUARANTINE” secara berulang-ulang, sampai-sampai ia harus menutup mulutnya sendiri.




Howard mempunyai gangguan OCD yang neurosis karena :
-          Ada kecemasan
-          Dia sadar tingkah lakunya itu konyol tapi tetap tidak bisa berhenti.
Segi Kognitif :
-          Obsesi                   : terobsesi dengan keadaan yang serba higienis.
-          Ritual kognitif      : mengucapkan sesuatu secara berulang.
Segi Motorik :
-          Ritual Motorik     : membersihkan badannya dan mencuci tangannya secara berulang.
-          Penghindaran Kompulsif : mengeja kata “QUARANTINE”.

C.  Teori tentang OCD (Obsesif Complusif Disorder)
              i.        Pengertian
Ø  Obsesi adalah pikiran, impuls,dan citra yang mengganggu dan berulang yang muncul dengan sendirinya serta tidak dapat dikendalikan, walaupun demikian biasanya tidak selalu tampak irasional bagi individu yang mengalaminya. Secara klinis, obsesi yang paling banyak terjadi berkaitan dengan ketakutan akan kontaminasi , ketakutan mengekspresikan impuls seksual atau agresif, dan ketakutan hipokondrial akan disfungsi tubuh (Jenike, Baer,&Minichiello,1986). Obsesi juga dapat berupa keragu-raguan ekstrem, prokrastinasi, dan ketidaktegasan.
Ø  Kompulsi adalah perilaku atau tindakan mental repetitif yang mana seseorang merasa didorong untuk melakukannya dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan pikiran-pikiran obsesif atau untuk mencegah terjadinya suatu bencana. Aktivitas tersebut tidak berhubungan secara realistis dengan tujuan yang ada atau jelas berlebihan. Frekuensi pengulangan suatu tindakan, fisik atau mental, dapat luar biasa tinggi. Kompulsi sering dianggap oleh pelaku sebagai sesuatu yang tidak berasal dari dirinya (ego distonik). Stern dan Cobb (1978) menemukan bahwa 78% dari sampel individu kompulsif memandang ritual mereka sebagai “cukup bodoh atau aneh” walaupun mereka tidak mampu menghentikannya.
Ø  Obsesif Kompulsi merupakan suatu gangguan anxietas di mana pikiran dipenuhi dengan pemikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan dan individu dipaksa untuk terus-menerus mengulang tindakan tertentu, menyebabkan distress yang signifikan dan mengganggu keberfungsian sehari-hari.

            ii.        Landasan Teori
Ø  Perspektif psikoanalisis
Menurut pandangan psikoanalisa, obsesif-kompulsif timbul dari daya-daya instinktif seperti seks dan agresivitas, yang tidak berada di bawah kontrol individu karena toilet-training yang kasar (Fausiah & Widury, 2007). Sedangkan Adler (dalam Fausiah & Widury, 2007) memandang obsesif kompulsif sebagai hasil dari perasaan tidak kompeten.
Ø  Perspektif behavioristik
Para ahli tingkah laku mengemukakan bahwa obsesif kompulsif adalah perilaku yang dipelajari, dan diperkuat dengan berkurangnya rasa takut (Davison & Neale, 2001). Teori Behavioral menganggap kompulsi sebagai perilaku yang dipelajari yang dikuatkan oleh redukasi yang kuat.
Ø  Perspektif kognitif
Ide lain yang muncul adalah kompulsi memeriksa terjadi karena defisit ingatan. Ketidakmampuan untuk mengingat beberapa tindakan dengan akurat, atau untuk membedakan antara perilaku yang benar-benar dilakukan dan imajinasi seseorang memeriksa berkali-kali. Sedangkan pemikiran obsesif muncul karena ketidakmampuan atau kesulitan untuk mengabaikan stimulus (Davison & Neale, dalam Fausiah & Widury, 2007).
Ø  Teori belajar (Learning theory)
Gabungan dari teori dan pengalaman dalam aplikasi terapi perilaku timbul beberapa konsep terjadinya gangguan obsesi kompulsi (Mahajudin, 1995).
a.    Mowre’s two stage theory
Mowrer mengajukan teori ini di tahun 1939 dan dikembangkan oleh Dollard dan Miller di tahun 1950. Gangguan obsesi kompulsi ini didapat secara dua tahap. Tahap pertama adalah adanya rangsangan yang menimbulkan kecemasan. Reaksi yang timbul adalah menghindari (escape) atau menolak (avoidance). Respon-respon ini menimbulkan negative reinforcement akibat berkurangnya rasa cemas.
Tahap berikutnya adalah upaya menetralisasi kecemasan yang masih ada dengan rangkaian kata-kata, gagasan-gagasan atau bayangan-bayangan bahkan objek-objek lain. Penyebarluasan ini mengaburkan asal-usul rangsangan tadi. Kecemasan terhadap suatu objek tadi sudah meluas menjadi perasaan tidak enak atau tidak menentu. Sebagai kompensasinya penderita menentukan strategi perilaku yang enak baginya dan perilaku ini menetap menjadi kompulsif akibat negative reinforcement.
Tahap kedua, banyak berkurangnya tetapi sedikitnya dapat menerangkan kenapa kompulsi bertahan sebagai alat mengurangi rasa cemas.
b.    Cognitive behavior therapy
Oleh Carr tahun 1971 dan dikembangkan oleh McFall dan Wollensheim tahun 1979. Teori ini mengatakan bahwa gangguan obsesi kompulsif pada oran-orang tertentu di “kreasi” oleh dirinya sendiri.
Prinsip yang salah, menimbulkan persepsi yang keliru dan menakutkan, akhirnya menambahkan kecemasan. Pencetusnya bisa disebabkan oleh kejadaian sehari-hari.

D.  Gejala OCD
Gejala-gejala obsesif-kompulsif menurut PPDGJ-III, harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.    Harus disadari sebagai pikiran atau implus dari diri sendiri.
2.    Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
3.    Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas).
Gagasan, bayangan pikiran, atau implus tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive). 
Adapun gejala-gejala OCD, diantaranya :
  • Checkers
            Seseorang yang menderita jenis ini adalah seseorang yang selalu mengecek apapun secara berulang-ulang hingga dia merasa keadaan telah aman. Orang tersebut melakukan semua itu dengan tujuan untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak baik. Beberapa kebiasan checkers adalah memastikan apakah kompor sudah mati atau apakah pintu sudah dikunci atau hal-hal lain yang sekiranya akan membahayakan
  • Washers & Cleaners
            Mereka adalah orang-orang yang takut akan terkontaminasi sesuatu seperti kuman, kotoran, ataupun penyakit. Untuk membuat mereka yakin tidak terkontaminasi, mereka akan melakukan hal-hal selama mungkin setelah bersentuhan dengan sesuatu. Contohnya dengan mandi dengan waktu yang lama, mencuci tangannya beruang-ulang, atau membersihkan rumah selama berjam-jam. Itu mereka lakukan sampai mereka yakin bahwa mereka telah aman dari kuman, kotoran, ataupun penyakit.
  • Repeaters
            Mereka adalah orang-orang yang selalu mengulang perbuatan. Ketika ketakutan datang ke dalam pikiran mereka, mereka merasa suatu kebutuhan untuk mengulang sesuatu agar pikiran itu tidak datang. Misalnya menghindarkan pasangan dari kejelekan dengan cara memakaikan baju kemudian melepaskannya. Semua itu dilakukan berulangulang hingga pikiran tentang kematian itu hilang
  • Orders
            Order adalah orang-orang yang ingin benda-benda disekitarnya tersusun dalam bentuk yang simetris. Mereka menghabiskan banyak waktu hanya untuk menyakinkan bahwa benda-benda tersebut tersusun dengan benar. Biasanya mereka akan cemas dan kecewa jika benda milik mereka tidak tersusun dengan benar.
  • Hoarders
            Hoarder adalah mereka yang mengumpulkan benda-benda yang mereka pikir akan sangat tidak mungkin untuk dibuang. Misalnya adalah ketika seseorang mengumpulkan begitu banyak koran untuk waktu yang lama karena mereka pikir suatu saat mereka akan membutuhkan artikelnya.
  • Thinking Ritualizes
            Thinker ritualizes bentuknya hampir sama dengan repeaters. Tetapi thinker ritualizes adalah mereka yang pikirannya itu muncul akibat dari kebiasaan. Berdoa dengan suara yang pelan dan berulang-ulang serta mengucapkan kata, atau kalimat secara berulang-ulang pula merupakan beberapa contoh pemikir yang umum.

E.  Penyebab OCD
1)    Aspek Biologis
Davison & Neale (Fausiah & Widury, 2007) menjelaskan bahwa salah satu penjelasan yang mungkin tentang gangguan obsesif-kompulsif adalah keterlibatan neurotransmitter di otak, khususnya kurangnya jumlah serotonin. Keterlibatan serotonin ini belum sebagai penyebab individu mengalami gangguan obsesif kompulsif, melainkan sebagai pembentuk dari gangguan ini.
Fungsi serotonin di otak ditentukan oleh lokasi system proyeksinya. Proyeksi pada konteks frontal diperlukan untuk pengaturan mood, proyeksi pada ganglia basalis bertanggung jawab pada gangguan obsesi kompulsi (Pinzon, 2006).

2)    Psikologis
Menurut Salkovskis, dkk; Steketee dan Barlow, klien-klien OCD menyetarakan pikiran dengan tindakan atau aktifitas tertentu yang dipresentasikan oleh pikiran tersebut. Ini disebut “thought-action fusion” (fusi pikiran dan tindakan). Fusi antara pikiran dan tindakan ini dapat disebabkan oleh sikap-sikap tanggung jawab yang berlebih-lebihan yang menyebabkan timbulnya rasa bersalah seperti yang berkembang selama masa kanak-kanak, dimana pikiran jahat diasosiasikan dengan niat jahat (Durand & Barlow, 2006).

3)    Faktor Psikososial
Menurut Sigmund Freud, gangguan obsesif-kompulsif bisa disebabkan karena regresi dari fase anal dalam perkembangannya. Mekanisme pertahanan psikologis mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi pada gangguan obsesif-kompulsif. Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alasan timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut.

F.   Terapi OCD
1.    Pendekatan Psikoanalisa
Terapi yang dilakukan adalah mengurangi represi dan memungkinkan pasien untuk menghadapi hal yang benar-benar ditakutinya. Namun karena pikiran-pikiran yang mengganggu dan perilaku kompulsif bersifat melindungi ego dari konflik yang direpres, maka hal ini menjadi sulit untuk dijadikan target terapi, dan terapi psikoanalisa tidak terlalu efektif untuk menangani gangguan obsesif-kompulsif (Fausiah & Widury, 2007).

2.    Exposure and Response Prevention
Terapi ini (dikenal pula dengan sebutan flooding) diciptakan oleh Victor Meyer (1966), dimana pasien menghadapkan dirinya sendiri pada situasi yang menimbulkan tindakan kompulsif atau (seperti memegang sepatu yang kotor) dan kemudian menahan diri agar tidak menampilkan perilaku yang menjadi ritualnya membuatnya menghadapi stimulus yang membangkitkan kecemasan, sehingga memungkinkan kecemasan menjadi hilang. (Fausiah & Widury, 2007)

3.    Rational-Emotive Behavior Therapy
Menurut Davison & Neale (Fausiah & Widury, 2007) terapi ini digunakan dengan pemikiran untuk membantu pasien menghapuskan keyakinan bahwa segala sesuatu harus terjadi menurut apa yang mereka inginkan, atau bahwa hasil pekerjaan harus selalu sempurna. Terapi kognitif dari Beck juga dapat digunakan untuk menangani pasien gangguan obsesif kompulsif. Pada pendekatan ini pasien diuji untuk menguji ketakutan mereka bahwa hal yang buruk akan terjadi jika mereka tidak menampilkan perilaku kompulsi.

4.    Farmakoterapi
Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) bekerja terutama pada terminal akson presinaptik dengan menghambat ambilan kembali serotonin. Penghambatan ambilan kembali serotonin diakibatkan oleh ikatan obat (misalnya: fluoxetine) pada transporter ambilan kembali yang spesifik, sehinggga tidak ada lagi neurotransmitter serotonin yang dapat berkaitan dengan transporter. Hal tersebut akan menyebabkan serotonin bertahan lebih lama di celah sinaps. Pengguanaan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) terutama ditujukan untuk memperbaiki perilaku stereotipik , perilaku melukai diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin, dan ritual obsesif dengan ansietas yang tinggi. Salah satu alas an utama pemilihan obat-obat penghambat reuptake serotonin yang selektif adalah kemampuan terapi.
Efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian fluexetine adalah nausea, disfunfsi seksual, nyeri kepala, dan mulut kering. Toleransi SSRI yang relative baik disebabkan oleh karena sifat selektivitasnya. Obat SSRI tidak banyak berinteraksi dengan reseptor neurotransmitter lainnya. Penelitian awal dengan metode pengamatan kasus serial terhadap 8 subjek. Tindakan terapi ditujukan untuk mengatasi gejala-gejala disruptif, dan dimulai dengan fluexetine dosis 10 mg/hari dengan pengamatan. Perbaikan paling nyata dijumpai pada gangguan obsesif dan gejal cemas (Pinzon dkk.,2006).

5.    Terapi Keluarga (Family therapy)
Terapi keluarga (Majahudin, 1995), merupakan teknik pengobatan yang sangat penting bila pada keluarga pasien OCD ini didapatkan kekacauan hubungan dalam keluarga, kesukaran dalam perkawinan, masalah spesifikasi dalam anggota keluarga atau peran anggota keluarga yang kurang sesuai  yang akan mengganggu keberhasilan fungsi masing-masing individu dalam keluarga termasuk dalam waktu jangka panjang akan berakibat buruk pada anak OCD.
Seluruh anggota keluarga dimasukkan ke dalam proses terapi, menggunakan semua data anggota keluarga seperti tingkah laku individu dalam keluarga. Menilai tingkah laku setiap anggota keluarga yang mempengaruhi tingkah laku yang baik dan membina pengaruh tingkah laku yang positif dari setiap individu.

6.    Terapi perilaku (Behavior therapy)
Leonardo mengatakan (Majahudin, 1995) bahwa teknik terapi perilaku yang khusus digunakan untuk pasien anak usia lebih tua dan remaja dengan gangguan OCD adalah latihan relaksasi dan response prevention technique.
Terapi perilaku pada penderita OCD, awalnya mengumpulkan informasi yang lengkap mengenai riwayat timbulnya gejala OCD, isyarat faktor internal dan fakto eksternal, serta faktor pencetus akan timbulnya gejala OCD. Kemudian mengawasi tingkah laku pasien dala menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan, menghindari timbulnya gejala kompulsif dan tingkat kecemasan pasien saat timbul gejala OCD harus diperiksa secara teliti.


Teknik terapi perilaku yang dianjurkan pada anak dan remaja (Majahudin, 1995) :
a.    Latihan relaksasi
Pasien diminta untuk berpikir dan bersikap rileks dan kemudian pasien diminta untuk memikirkan pikiran obsesi masuk dalam alam sadar. Ketika pikiran obsesi muncul, maka terapi akan meminta pasien untuk menghentikan pemikiran itu, misalnya dengan cara memukul maja, atau menarik tali elastic yang diikatkan pada tangan. Hal ini dilakukan di rumah atau di mana saja.

b.    Response prevention technique
Mula-mula didapatkan dulu rangsangan (stimulus) atau pencetus yang menyebabkan dorongan untuk melakukan tindakan kompulsif. Jika rangsangan kompulsif muncul maka pasien secara aktif diberanikan untuk melawan tingkah laku kompulsif, sering dengan mengalihkan perhatian pasien sehingga tindakan kompulsif tidak mungkin dilakukan misalnya dengan memukul meja.

c.    Penurunan kecemasan
Tujuan dari terapi ini untuk menghilangkan kecemasan yang menimbulkan gejala obsesif dan kompulsif.
Hal ini dilakukan dengan desensitisasi secara sistematik yakni dengan menghadapkan anak atau remaja pada situasi yang menakutkan (misalnya pisau, hal-hal yang kotor, pegangan pintu dan sebagainya) secara pelan-pelan samapai ketakutan dan kecemasan hilang atau tidak ada lagi.







BAB II
PENUTUP

1.    Kesimpulan
§  Howard mempunyai gangguan OCD yang neurosis karena :
- Ada kecemasan
- Dia sadar tingkah lakunya itu konyol tapi tetap tidak bisa berhenti.
§  Segi Kognitif :
- Obsesi         : terobsesi dengan keadaan yang serba higienis.
- Ritual kognitif : mengucapkan sesuatu secara berulang.
§  Segi Motorik :
- Ritual Motorik : membersihkan badannya dan mencuci tangannya secara berulang.
- Penghindaran Kompulsif : mengeja kata “QUARANTINE”.
Ada beberapa terapi yang cocok untuk penyembuhan Howard ini, diantaranya :
Ø  Rational-Emotive Behavior Therapy
Menurut Davison & Neale (Fausiah & Widury, 2007) terapi ini digunakan dengan pemikiran untuk membantu pasien menghapuskan keyakinan bahwa segala sesuatu harus terjadi menurut apa yang mereka inginkan, atau bahwa hasil pekerjaan harus selalu sempurna. Terapi kognitif dari Beck juga dapat digunakan untuk menangani pasien gangguan obsesif kompulsif. Pada pendekatan ini pasien diuji untuk menguji ketakutan mereka bahwa hal yang buruk akan terjadi jika mereka tidak menampilkan perilaku kompulsi.
Teknik terapi perilaku yang dianjurkan pada anak dan remaja (Majahudin, 1995) :
d.    Latihan relaksasi
Pasien diminta untuk berpikir dan bersikap rileks dan kemudian pasien diminta untuk memikirkan pikiran obsesi masuk dalam alam sadar. Ketika pikiran obsesi muncul, maka terapi akan meminta pasien untuk menghentikan pemikiran itu, misalnya dengan cara memukul maja, atau menarik tali elastic yang diikatkan pada tangan. Hal ini dilakukan di rumah atau di mana saja.
e.    Response prevention technique
Mula-mula didapatkan dulu rangsangan (stimulus) atau pencetus yang menyebabkan dorongan untuk melakukan tindakan kompulsif. Jika rangsangan kompulsif muncul maka pasien secara aktif diberanikan untuk melawan tingkah laku kompulsif, sering dengan mengalihkan perhatian pasien sehingga tindakan kompulsif tidak mungkin dilakukan misalnya dengan memukul meja.
f.     Penurunan kecemasan
Tujuan dari terapi ini untuk menghilangkan kecemasan yang menimbulkan gejala obsesif dan kompulsif.
Hal ini dilakukan dengan desensitisasi secara sistematik yakni dengan menghadapkan anak atau remaja pada situasi yang menakutkan (misalnya pisau, hal-hal yang kotor, pegangan pintu dan sebagainya) secara pelan-pelan samapai ketakutan dan kecemasan hilang atau tidak ada lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar