Blogger Widgets

Minggu, 08 Desember 2013

MATERI KULIAH KESEHATAN MENTAL

PENGERTIAN KESEHATAN MENTAL
       Definisi luas → Pribadi yang dapat beradaptasi dengan lingkungan luas.
       Definisi sempit → Pribadi yang tidak mendapatkan gangguan-gangguan berupa :

  1. Perasaan rendah diri.
  2. Perasaan bersalah.
  3. Ketidakmampuan.
  4. Perasaaan tidak aman.
  5. Perasaan gagal.
  6. Mudah curiga, dan perasaan negatif lainnya
ISTILAH KESEHATAN MENTAL
  1. Mental Hygiene : orientasi pada aspek psikologis.
Sasaran → orang normal dan abnormal.
Penekanan → 3 upaya bina jiwa yaitu :
  1. Preventif (pencegahan).
  2. Kuratif (pengobatan).
  3. Preservatif (pemeliharaan).
2.    Mental illness
Pribadi mengalami sakit jiwa atau gangguan emosi berat.
Sasaran → orang yang mengalami gangguan emosi atau gangguan kepribadian yang sangat berat, misalnya :
. Schizophrenia paranoid,
. Obsesif kompulsif,
. Phobia.

SEJARAH KESEHATAN MENTAL
       Perintis : Adolf Meyer dan William James. Mendirikan Komite Nasional Kesehatan Mental. Mengadakan perubahan dalam penanganan rumah sakit jiwa. Mulai menggunakan psikoterapi (pandangan dari Freud).
       Frank Parsons : Pendiri organisasi bimbingan penyuluhan. Tujuan : Masyarakat mengetahui dan memahami arti sehat secara menyeluruh.
       William Healy : Pendiri gerakan Kesehatan Mental. Pendiri gerakan Child Guidance Clinic. Untuk anak-anak terlantar fisik dan psikologisnya, maka klinik ini dibangun agar kesehatan mental anak terpenuhi. Yaitu seluruh aspek dapat berkembang.

ADAPTASI DIRI DENGAN KESEHATAN MENTAL
 Adaptasi diri = penyesuaian diri.
Faktor penentu:
1.    Bawaan : Kepribadian dan motivasi.
2.    Lingkungan : Budaya, Pendidikan, dan Pelatihan.
Kedua faktor saling terkait.

AGAR PENYESUAIAN DIRI TERUS BERLANJUT MENGGUNAKAN DEFENCE MECHANISM (MEKANISME PENYESUAIAN/ GAMES PEOPLE PLAY) → MENUTUPI KEKURANGAN DENGAN “PERMAINAN”.
TERJADI SAAT :
1. GAGAL MELAKUKAN PENYESUAIAN SECARA WAJAR, HADAPI KENYATAAN PAHIT, SITUASI MENEKAN, DAN LAIN-LAIN.
2. EGO MULAI TERANCAM.

DEFENCE MECHANISM
Karakteristik Mekanisme Pertahanan Diri:
1. Merupakan perilaku yang normal. Menjadi patologis bila digunakan secara berlebihan.
2. Umumnya digunakan secara tidak sadar dan berkembang menjadi kebiasaan.
3. Mengubah persepsi realitas.
4. Memerlukan tenaga tersendiri.
5. Cenderung menjadi self-perpetuating. Individu berperilaku seperti itu terus-menerus. Individu percaya itu sebagai bagian dari dirinya sendiri.
6. Bersifat manipulatif. Mekanisme pertahanan menggambarkan upaya untuk konform, menyesuaikan diri atau adaptasi terhadap lingkungan, yaitu usaha untuk mempengaruhi dan membentuk lingkungan sesuai gagasan atau tujuan individu tersebut.
Mekanisme pertahanan ego secara umum dapat dikelompokkan sebagai :
1. Teknik Pelarian Diri, yang dilakukan terutama untuk menghindari atau melarikan diri dari situasi yang mengancam.
2. Teknik kapitulatif, teknik yang memungkinkan seseorang untuk menyerah dan tetap berada pada situasi yang merendahkan diri tanpa rasa kehilangan harga diri.
BENTUK-BENTUK TEKNIK PELARIAN DIRI :
1.    REPRESI, Proses memasukkan hal-hal atau pikiran yang tidak dapat diterima, bersifat mengancam dan menyebabkan kekuatiran kedalam alam ketidaksadaran. Bila melakukan ini, biasanya muncul dalam bentuk mimpi. Mekanisme represi secara tidak sadar menekan pikiran keluar yaitu pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar. Misalnya: Bila individu bersama saudaranya mengalami kecelakaan dan kemudian saudaranya meninggal dunia, maka ia akan merasa “lupa” dengan kejadian tersebut.
2.    FANTASI, Proses menurutkan kata hatinya dalam khayalan atau memikirkan hal-hal yang menyenangkan dalam imajinasi mengenai tempat, benda, ataupun orang-orang sehingga individu merasa naik harga dirinya, misalnya berperan sebagai orang penting, berkuasa dan sebagainya.
3.    PENYANGKALAN / DENIAL OF REALITA, Proses mencegah masuknya hal-hal yang menyakitkan atau hal-hal yang menyebabkan kecemasan, kegelisahan, atau ancaman dalam alam kesadaran. Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Misal : Individu tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit yang berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang terbelakang dan sebagainya. Atau mengurung diri dalam kamar.
4.    INSOLASI, Proses tidak memperbolehkan dirinya untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu. Hal ini didukung oleh sikap dingin, asing, dan tidak mau terlibat. Seringkali individu menjadi gagal dalam mendapatkan pengalaman yang berhubungan dengan kemanusiaan dalam  kehidupan. Misalnya, seorang Ayah dapat saja memberikan uang pada anaknya, tapi ia tidak bisa mengekspresikan cintanya dengan kata-kata atau perhatian.
5.    ISOLASI, Proses memisahkan diri atau mengasingkan diri dari situasi yang dapat menyebabkan kecemasan. Isolisasi merupakan bentuk penyekatan emosional. Misalnya bila seseorang menghadapi kematian keluarganya maka kesedihan akan dikurangi dengan mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang sudah tidak menderita lagi” dan sambil tersenyum.
6.    REGRESI, Melakukan kembali perilaku-perilaku yang sebenarnya terdapat pada tahap perkembangan lebih awal. Misalnya : Anak yang sudah besar mengompol atau mengisap jarinya atau marah-marah seperti anak kecil agar keinginannya dipenuhi.
7.    SUBLIMASI, Menggantikan aktivitas yang tidak dapat diterima masyarakat dan mengandung resiko dengan aktivitas yang aman dan dapat diterima masyarakat. Sublimasi dapat digunakan untuk bersikap produktif. Misalnya : seorang remaja yang sering coret-coret di dinding disebabkan defence terhadap dorongan agresi oralnya atau Orang yang mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras misalnya bertinju.
8.    KOMPENSASI, Kompensasi merupakan upaya untuk menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau pemuasan secara frustasi dalam bidang lain. Misalnya karena kurang mampu dalam pelajaran di sekolah dikompensasiakan dalam juara olah raga atau sering berkelahi agar ditakuti.
9.    REACTION FORMATION, Menggantikan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima dengan sikap yang berlawanan dan kadang-kadang dengan sikap yang tidak toleran. Misalnya : Individu yang bersikap tidak perduli padahal dalam hatinya ia ingin diterima dan ingin diperhatikan atau curhat dengan teman, menangis sambil tertawa.
10.  UNDOING (PELEPASAN), Mengakui melakukan hukuman atau mendambakan hukuman untuk membersihkan diri agar dapat menutupi perbuatan salah, baik yang merupakan kenyataan ataupun yang hanya dalam perasaannya saja. Individu yang melakukan ini akan berbuat sesuatu yang disukai orang yang telah dilukainya dengan cara memberikan bantuan ekstra. Perasaan bersalah yang berlebihan adalah hal yang kurang baik.
11.  ACTING OUT, Menghilangkan ketidakpastian dan mengurangi tekanan dengan melakukan keinginan terlarang sebagai upaya untuk memperkecil ketegangan batin. Etika dan moral dalam masyarakat tidak mengijinkan acting out melakukan dorongan seksual.
12.  SIMPATISME, Membuat orang lain merasa iba dan merasa sedih serta memberikan dukungannya kepada individu.

BENTUK-BENTUK TEKNIK KAPITULATIF :
1.    INTROJEKSI/INTERNALISASI. Menerima nilai-nilai dan sikap dari luar sebagai miliknya. Merupakan salah satu cara nilai dan sikap orangtua diterima oleh anaknya.
2.    IDENTIFIKASI. Upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju.
3.    INTELEKTUALISASI. Menerangkan dengan kata-kata, pikiran, dan alasan yang masuk akal untuk menghilangkan perasaan-perasaan yang menyerang dan untuk menghindari ketegangan serta hal-hal yang tidak menyenangkan. Misalnya: seorang polisi dalam suatu keributan akan mengatakan,”Jangan panik.”
4.    RASIONALISASI. Membela diri dengan menerangkan secara singkat untuk mengurangi kekecewaannya dengan cara mencari-cari alasan yang dapat diterima masyarakat atas tindakannya. Individu mencari alasan untuk membenarkan diri atas kekecewaan dan kegagalan yang dialami.
TIPE RASIONALISASI :
A.   Tipe Sweet Oranges : Individu puas dengan diri sendiri, dengan apa yang dipunya dan selalu mengatakan semua baik-baik saja.
B.   Tipe Sour Grape : Individu meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang mereka inginkan tidak dengan benar berharga. Misalnya : Seorang laki-laki yang ditolak cintanya oleh wanita, akan mengatakan bahwa wanita tersebut tidak akan menjadi istri yang baik.
5.    PROYEKSI. Memelihara harga diri dan perasaan tidak aman dengan cara : Menempatkan kesalahan individu pada orang lain. Menyalahkan orang lain jika tidak cocok dengan perasaan, keinginan, dan pikiran. Individu cenderung melakukan ini untuk menutupi ketidakcakapannya dan menganggap orang lain sebagai penyebab kegagalannya. Atau mengakui ide orang lain adalah idenya sendiri, biasa terjadi dalam dunia kerja.
6.    DISPLACEMENT. Memindahkan perasaan, biasanya kemarahan kepada orang lain atau objek. Misalnya : Individu menendang pintu karena habis dimarahi atasannya. Atau Kakak dimarahi orangtuanya tidak berkutik kemudian pelampiasannya ke adik atau membanting gelas.
TIPS Agar Penyesuaian Diri Berhasil
(Dikampus) :
  1. MINAT. Jadinya timbul semangat.
  2. RASA INGIN TAHU. Mencaritahu manfaat positif untuk diri sendiri.
  3. KEMANDIRIAN.
  4. RUTINITAS YANG POSITIF. Misal Kenali waktu belajar.
  5. INGAT SAAT KITA SAKIT. UNTUK ITU SELALU BERSYUKUR SETIAP DETIKNYA.
  6. MENGELOLA WAKTU.
  7. MENGELOLA STRESS : KENALI DIRI SENDIRI, MENGEMBANGKAN CARA HIDUP SEHAT, DAN MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN SPIRITUAL.
  8. MEMILIKI MENTAL SEHAT MISAL ALWAYS POSITIVE THINKING DAN RELAX.

STRESS
Merupakan respon organisme non spesifik dari tuntutan internal maupun eksternal.
Dibagi dua :
1.    EUSTRESS : stress yang memberikan kesan positif bagi tubuh kita.
2.    DISTRESS : stress yang merusak tubuh kita.

EUSTRES
  Tidak semua stress itu buruk.
  Eustress  adalah konsep Selye  yang menggambarkan sisi positif dari stress. Misalnya :
v  berkompetesi di suatu kejuaraan
olahraga air, atletik, atau sepakbola.
v  Mengikuti lomba menulis novel.
v  Atau mengejar seseorang yang menarik.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS:
INTERNAL :
1. Tipe kepribadian (A/B)
    A. Perfeksionis.
   B. Santai berkualitas.
2. Kepercayaan dan Sikap.
3. Makna Hidup.
EKSTERNAL :
  1. Peristiwa Hidup.
  2. Peristiwa Sehari-hari.
  3. Ada / Tidaknya Dukungan Sosial.
  4. Stressor Lingkungan, misal :
v   Polusi udara dan air,
v  Kebisingan / polusi suara,
v  Demonstrasi,
v  Tuntutan,
v  Dan lain-lain.

TANGGAPAN TERHADAP STRESS, PANDANGAN BEHAVIOURISTIK BY CRIDER
  1. Stimulus Based Model.
Stress dianggap stimulus yang  :
       Overload.
       Penuh pertentangan.
       Tidak ada kontrol.
2.    Respon Based Model, Stress merupakan respon / reaksi yang timbul jika situasi menekan.
Wujud respon :
a. Fisiologis (psikosomatis) : merasa sakit, ketika check up ke dokter, tidak ada penyakit yang diderita.
b. Psikologis
v   Emotional Distruption : gangguan emosi, misalnya Rasa malu yang berlebihan atau perasaan bersalah yang berlebihan.
v  Cognitive Distruption : Pola pikir yang mengalami distorsi / penyimpangan. Misal negative thinking yang berlebihan mengakibatkan kecurigaan atau rendah diri.
3. Interaksi Stimulus-Respon Model
Stress merupakan gabungan dari stimulus dan respon.

YANG MEMPENGARUHI STRESS / DAMPAK STRES
BURNOUT
  Perasaan tidak berdaya dan tidak memiliki harapan, yang disebabkan oleh stress akibat pekerjaan yang sangat berat.
  Burnout membuat individu merasa sangat kelelahan secara fisik dan emosional.
  Misalnya : Di sejumlah kampus, burnout akibat kuliah membuat para mahasiswa berhenti sebelum memperoleh gelar.
KONFLIK
  Terjadi ketika individu harus mengambil keputusan dari dua atau lebihstimulus yang tidak cocok.
  Terdapat tiga tipe konflik, yaitu :
  1. Konflik Mendekat/Mendekat (Approach/Approach conflict).
Terjadi bila individu harus memilih antara dua stimulus atau keadaan yang sama-sama menarik.
Misalnya : Apakah individu pergi dengan seseorang yang tampan dan tinggi atau yang kaya dan pendek?
Konflik ini tingkat stressnya paling rendah karena dua pilihan memberikan hasil positif
  1. Konflik Menghindar/Menghindar (Avoidance/Approach conflict).
Terjadi bila individu harus memilih antara dua stimulus yang sama-sama tidak menarik. Individu sebenarnya ingin menghindari keduanya, namun harus memilih salah satunya.
Misalnya: Apakah individu harus mengerjakan ujian atau harus memilih tidak datang dan mendapatkan nilai nol? Konflik seperti ini lebih menyebabkan stress.
  1. Konflik Mendekat/Menghindar (Approach/Avoidance conflict.
Terjadi bila hanya ada satu stimulus atau keadaan namun memiliki karakteristik yang positif dan juga negatif.
Misalnya: Pada saat mengerjakan skripsi ditawari pekerjaan proyek oleh suatu perusahaan. Kemungkinan untuk bekerja merupakan hal yang menarik, namun di sisi lain, bekerja pada saat ini dapat menghambat penyelesaian skripsi.
FRUSTRASI
  Situasi apapun di mana individu tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
  Kegagalan dan kehilangan adalah dua hal yang membuat frustasi.
  Misalnya :
ü  Tidak mendapatkan nilai yang cukup.
ü  Kematian seseorang yang dekat.
ü  Perceraian orangtua.
ü  Teman yang bunuh diri.
ü  Atau menumpuknya gangguan sehari-hari.

                                                                                          TIGA FASE REAKSI STRESS
GENERAL ADAPTATION SYNDROME (GAS) BY HANS SELYE
  1. Reaksi Peringatan (Alarm).
Ada dua tahap :
1.1. Tahap Peningkatan Alarm.
Individu mengalami kondisi schock  bersifat sementara, suatu masa dimana pertahanan terhadap stress ada di bawah normal.
Individu mengenali keberadaan stress dan mencoba menghilangkannya.
Selanjutnya 1.2.Tahap Counterschock.
Pertahanan terhadap stress mulai muncul ditandai dengan korteks adrenal mulai nembesar dan pengeluaran hormon stress meningkat.
Tahap alarm berlangsung singkat. Tidak lama kemudian individu bergerak memasuki Tahap Reaksi Perlawanan (Resistance).

  2. Reaksi Perlawanan. Pertahanan terhadap stress menjadi semakin intensif.
ADA DUA KEMUNGKINAN.
Kemungkinan pertama :
SUKSES MELAWAN STRESS. KHAWATIR REDA. KEMBALI NORMAL.
Kemungkinan kedua :
GAGAL
Terus mengalami stress.
ACTH (Adrenor Tirotropic Hormon) → meningkatnya hormon yang menimbulkan kecemasan. Ditandai :
Tekanan darah, Detak jantung, Suhu tubuh, dan Pernafasan meningkat.

  3. Reaksi Kelelahan (Exhausted).
Individu mungkin jatuh pingsan di tahap reaksi kelelahan ini.
  Gagal mengelola distress.
  Akibatnya :
q   Tubuh rentan penyakit.
q  Disfungsi organ tubuh seperti jantung, saluran pencernaan, paru-paru dan otak.

KRITIK UTAMA TERHADAP PANDANGAN SELYE
BY HOBFOLL
Manusia tidak selalu bereaksi terhadap stress
dengan cara yang sama seperti yang Hans Selye kemukakan.
Yang perlu diketahui adalah Adanya perbedaan, kepribadian, struktur fisik, persepsi, dan konteks di mana stressor, atau penyebab stress tersebut muncul.


MANAJEMEN STRESS
ž  Definisi kesehatan mental dari APA Dictionary of Psychology & dari WHO:
mental health: a state of mind characterized by emotional well-being, good behavioral adjustment, relative freedom from anxiety and disabling symptoms, and a capacity to establish contructive relationships and cope with ordinary demands and stressses of life.
(‘APA Dictionary of Psychology’, Ed in Chief Gary R. VandenBos, PHD, American Psychological Association, 2007)
ž  TheWorld Health Organization defines mental health as "a state of well being in which the individual realizes his or her own abilities, can cope with the normal stresses of life, can work productively and fruitfully, and is able to make a contribution to his or her community".
ž   
JENIS STRESSOR :
ž  Stressor fisik berasal dari luar seperti Zat kimia, polusi, makanan, mikroba, radiasi, suara, obat-obatan, suhu udara, kelembaban, trauma, latihan fisik.
  Stressor psikologis berupa emosi yang sangat kuat, biasanya yang bersifat negatif, seperti : frustrasi, anxietas, rasa bersalah, kuatir, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, rasa rendah diri, takut.
  Stressor sosial yaitu tekanan dari luar yang disebabkan oleh interaksi individu dengan lingkungannya. Banyak stressor sosial yang bersifat traumatik dan tak dapat dihindari, seperti : Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun, perceraian, masalah keuangan, atau pindah rumah.


Normal Adjustsm By SCHNEIDERS

  1. Mengendalikan emosi, misalnya : umat muslim dengan berpuasa dan dzikir.
  2. Sedikit menggunakan Defence Mechanism.
  3. Pertimbangkan rasional.
  4. Belajar dari pengalaman.
  5. Sikap realistis dan objektif.

MENGELOLA STRESS BY FOLKMAN DAN LAZARUS
COPING BEHAVIOUR (PERILAKU MENGHADAPI STRESS)
  1. Problem Focused Coping (P). Menitikberatkan pada upaya memecahkan masalah untuk menghentikan stress.
  2. Emotion-focused  coping (E), yang menekankan pada regulasi emosi.

v  Planful problem-solving (P).  Melakukan analisa untuk mendapatkan solusi dan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah.
ex: Tahu bahwa Anda akan menghadapi tiga ujian sekaligus di hari Senin, Anda kemudian menimbang-nimbang waktu yang Anda punyai untuk belajar; tingkat kesulitan sekaligus banyaknya bahan tiap ujian untuk dapat menentukan bahan mana yang akan Anda pelajari lebih dulu; proporsi waktu belajar; dan cara belajar apa yang efektif.

v  Confrontive coping (P). Dalam melaksanakan strategi ini, Anda berani untuk melakukan respon yang asertif untuk merubah situasi.
EX:  Anda melancarkan keberatan pada dosen atau pihak fakultas tentang dilaksanakannya tiga ujian sekaligus dalam satu hari.

v  Seeking social-support (P/E). Strategi ini dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah maupun untuk regulasi emosi.
EX: Cemas  harus menghadapi ujian 3 sekaligus, Anda bisa meminta bantuan seorang teman untuk mengajari Anda (P) atau berkeluh kesah pada sahabat (E).

v  Self-control (E) mencakup pengendalian diri untuk memodulasi emosi.  Marah sekali karena ujian 3 sekaligus, namun anda tetap berusaha mengendalikan emosi anda.

v  Distancing (E) terjadi saat Anda, umumnya secara kognitif, tidak ingin stress dengan cara “menjauhi” permasalahan yang Anda hadapi. Anda berusaha tidak memikirkan ujian 3 sekaligus tersebut, atau Anda membangun pemahaman, “Ah, itu kan cuma untuk nilai ujian. Gurunya juga menilai usaha kita kan.”

v  Escape-Avoidance (E). Dalam pelaksanaannya, Anda “melarikan diri” dari masalah yang Anda hadapi. Anda dapat melakukannya dengan tenggelam dalam pikiran bahwa masalah ujian tersebut dapat terselesaikan dengan sendirinya atau Anda menyerah dan hanya pasrah.

v  Accepting Responsibility ( E).
Menyadari posisi dalam permasalahan sekaligus berupaya memperbaiki keadaan.
Ex:Saat pengambilan KHS ada nilai yang tidak seperti yang Anda harapkan, Anda mungkin saja melihatnya sebagai akibat dari ketidakmampuan Anda melakukan pembagian waktu belajar yang baik. Untuk itu, Anda menerima kekurangan tersebut dan melakukan perbaikan dalam hal study.
ž  Positive reappraisal (E) adalah saat Anda mencoba mendapatkan pemahaman positif dari sebuah masalah. ex: Walaupun Anda patah hati karena merasa tidak cukup menarik sehingga si gebetan tidak memperhatikan Anda, hal tersebut Anda lihat sebagai pengalaman berharga yang mengajarkan sesuatu.

UPAYA MENGURANGI TEKANAN AKIBAT STRESS
  Latihan Relaksasi.
Mengurangi rasa cemas, menidurkan mereka yang insomnia dan mengurangi sakit kepala yang ditimbulkan oleh stress.
Prosedur : - Pengenduran otot tubuh, secara teratur dan berulang, relaksasi dipakai dalam menghadapi stress, prosedur kognitif untuk menenangkan pikiran, dengan memberi kata-kata penguat (do’a), atensi pasif menghadapi stress.

ž  Self-talk ~ Percakapan Kalbu.
Sejak kecil kita punya ‘perlengkapan’ berpikir yaitu percakapan kalbu,dimana kita biasa mendengar apa yang hati nurani katakan kepada kita. Isi percakapan itu bisa positif, membuat kita optimist, tetapi seringkali juga negative, membuat kita tertekan-stress. Kita masih perlu lebih mengembangkan arah percakapan kalbu yang positif. Dalam hal menangani stress, kita perlu bisa secara sadar mengganti isi percakapan yang tidak mendukung dengan kalimat yang bisa mendukung kita. Langkah ini biasa disebut percakapan kalbu: ‘stop~ganti’ yang bisa kita latihkan di diri kita. “SAYA PASTI BISA”

Solusi lain:                                                                              
1. Diagnosis personal dari stress.
2. Pengetahuan tentang stress .
3. Berpikir positif dan sikap yang positif.
4. Manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.
5. Aktivitas fisik dan nutrisi, termasuk olahraga dan mengembangkan hobi.
6. Aktivitas otak kiri dan kanan yang seimbang.
7.Toleransi/ fleksibilitas/ adaptabilitas.
8. Enthusiasm/semangat.
9. Rasa humor.
10. Kebijaksanaan.
11. Social Support.
12. Siraman rohani.

CEMAS SAAT UJIAN
    Cemas menghadapi ujian atau test adalah salah satu bentuk stress yang lumrah dihadapi oleh hampir semua orang, bagaimana kita sebaiknya menangani stress tersebut. Kecemasan dalam kadar sedikit, tidak apa-apa, malah bagus sebab bisa memotivasi kita untuk belajar lebih giat mempersiapkan diri menghadapi ujian. Namun demikan, apabila kecemasan tersebut sudah berlebihan, bisa menjadi distress, justru akan membuat prestasi kita terganggu sebab kita tidak bisa berpikir dengan jernih. Lebih parah, apabila kecemasan ini kita pergunakan sebagai alasan ‘excuse’, maka hal itu akan merusak kepribadian kita.

CARA MENGATASI CEMAS SAAT UJIAN
1. Biasakan diri dengan situasi ujian, dengan cara antara lain :
a. Kenali ruang dimana kita akan ujian
b. Belajar memadai, dan banyak berlatih sesuai tipe ujian (open-end,multiple choice atau essay ) yang akan dihadapi.
2. Kendalikan emosi, pikiran dan tindakan
a. Hindari kecenderungan meragukan diri ataupun percakapan kalbu negative. Apabila kita memang ragu kurang menguasai bahan, tidak ada cara lain cobalah belajar, kuasai secara memadai. Selanjutnya apabila ada percakapan pikiran negative, lakukan teknik ‘sop-ganti’  dan katakan “SAYA PASTI BISA”.
3. Persiapan Fisik.
ž  a. Asupan nutrisi yang sesuai untuk situasi ujian ( tidak terlalu kenyang, bergizi dan seimbang )
ž  b. Cukup istirahat dan relax.
ž  c. Sebaiknya tetap lakukan exercise seperlunya.
4. Pelajari skill relaksasi yang amat menolong segera :
a. Tarik nafas dalam secara teratur. Metode ini merupakan teknik yang paling sederhana, yang bisa menolong kita menenangkan respons fisiologik/faal yang ditimbulkan oleh perasaan kita.
b. Berdoa dan upaya spiritual lainnya.

JUVENILE DELIQUENCY (PENYIMPANGAN / PERILAKU ABNORMAL)

APAKAH JUVENILE DELIQUENCY ITU?
  Tindakan individu yang sengaja melanggar aturan hukum dan disadari oleh individu tersebut bahwa jika tindakannya diketahui oleh pihak berwenang maka individu akan mendapatkan hukuman.
  Misalnya menyimpang dari norma, aturan keluarga, atau hukum-hukum yang berlaku.

EMPAT MACAM JUVENILE DELIQUENCY
  1. Penyimpangan menimbulkan korban fisik pada orang lain, Misal : perkelahian, pemerkosaan, dan pembunuhan.
  2. Penyimpangan menimbulkan korban kehilangan materi, Misal : pemerasan dan pencurian.
  3. Penyimpangan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak lain, tetapi di pihak sendiri, Misal : Penggunaan NAZA, pelacuran, dan sex bebas.
  4. Penyimpangan yang melawan status, Misal: Membolos (mengingkari status sebagai pelajar), atau minggat dari rumah.

JUVENILE DELIQUENCY NAPZA
CARA PANDANG :
  1. Segi Hukum : Melanggar peraturan / Undang-undang.
  2. Segi Psikososial : Korban dari oknum yang tidak bertanggung jawab (karena dipengaruhi).
  3. Segi Kesehatan : Pasien yang membutuhkan bantuan / terapi.
WHAT DO U THINK, GUYS DAN GALS?

 MACAM-MACAM NAPZA, FAKTOR PENYEBAB, DAN DAMPAK BURUK NAPZA WAJIB DIPAHAMI OLEH MAHASISWA PSIKOLOGI KARENA BERKAITAN DENGAN KONTRIBUSINYA DALAM MASYARAKAT MELIPUTI USAHA PREVENTIF DAN INTERVENSI.
Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran, perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.
Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika  dan Zat Adiktif lainnya.
NARKOTIKA
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika terdiri dari 3 golongan :
  Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
  Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
  Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.

PSIKOTROPIKA
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
  1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
  2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
  3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
  4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).

ZAT ADIKTIF LAINNYA :
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
  1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :
a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).
b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )
c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House, Johny Walker ).

  2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
  3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.

EFEK TERHADAP PERILAKU YANG DITIMBULKAN DARI NAPZA
  1. Golongan Depresan ( Downer ). Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda ( Morfin, Heroin, Codein ), sedative ( penenang ), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas ).
  2. Golongan Stimulan ( Upper ). Adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
  3. Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis ( ganja ).

Penyalahgunaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.

Ketergatungan adalah : keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah ( toleransi ), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus obat ( withdrawal symptom ).

PENYALAHGUNAAN NAPZA
1. Opiada, terdapat 3 golongan besar :
a. Opioda alamiah ( Opiat ) : Morfin, Opium, Codein.
b. Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin.
c. Opioda sintetik : Metadon.
  Nama jalanan dari Putauw : ptw, black heroin, brown sugar.
  Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak murni berwarna putih keabuan.
Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan proses tertentu dihasilkan putauw, yang kekuatannya 10 kali melebihi morfin.Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang digunakan oleh dokter sebagai penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya pada opreasi, penderita cancer.
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi musuh.

2. KOKAIN :
Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut
Nama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju.
Cara pemakainnya : membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.
Efek pemakain kokain : pemakai akan merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri, dan dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.

3.KANABIS :
Nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang.
  Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica.
  Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
  Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebihan ( euphoria ), sering berfantasi / menghayal, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitive, kering pada mulut dan tenggorokan.

4.AMPHETAMINE :
Nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz.
Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan dan juga tablet.
Cara penggunaan : dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air.
Ada 2 jenis Amphetamine :
a.MDMA-(methylene-dioxy-methamphetamine)
Nama-jalanan:Inex,xtc.
Dikemas-dalam-bentuk-tablet-dan-capsul.
b.Metamphetamine-ice
Nama jalanan : SHABU, SS, ice.
Cara pengunaan dibakar dengan mengunakan alumunium foil dan asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus(bong).

5. LSD ( Lysergic Acid ).
Termasuk dalam golongan halusinogen.
  Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.
  Bentuk : biasa didapatkan dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil dan kapsul.
  Cara penggunaan : meletakan LSD pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30 – 60 menit kemudian, menghilang setelah 8 – 12 jam.
  Efek rasa : terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu sehingga timbul obsesi yang sangat indah dan bahkan menyeramkan dan lama – lama menjadikan penggunaanya paranoid.

6.SEDATIF–HIPNOTIK-(BENZODIAZEPIN) :
Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan hipnotika ( obat tidur ).
Nama jalanan : Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.
Cara pemakaian : dengan diminum, disuntikan, atau dimasukan lewat anus.
Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien yang mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat tidur.

7. SOLVENT / INHALASI :

Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek api gas, Tiner, Cairan untuk dry cleaning, Uap bensin.
Biasanya digunakan dengan cara coba – coba oleh anak di bawah umur, pada golongan yang kurang mampu. Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala berputar, halusinasi ringan, mual, muntah gangguan fungsi paru, jantung dan hati.

8. ALKOHOL :
Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusia
Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi – umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100 %.
Nama-jalanan:booze,drink. Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan kesadaran.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
  FAKTOR INDIVIDUAL :
Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial (Santrock).
  1. Alasan fisik: ingin santai, ingin aktif, menghilangkan rasa sakit, lebih kuat, dan merasa lebih gagah.
  2. Alasan emosional: pelarian, mengurangi ketegangan, mengubah suasana hati, memberontak, balas dendam.
  3. Alasan intelektual : bosan dengan rutinitas, ingin coba-coba, suka menyelidik,dan faktor belajar.
  4. Alasan interpersonal : ingin diakui, menghilangkan rasa canggung, tekanan kelompok, solidaritas, ikut mode, dan agar tidak dianggap “lain”.
  5. Alasan Adat/Kepercayaan: persyaratan ritual.

2. Faktor Lingkungan :
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat (dari berbagai penelitian).
Lingkungan Keluarga :
  a. Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
  b. Hubungan keluarga kurang harmonis
  c. Orang tua yang bercerai, kawin lagi
  d. Orang tua terlampau sibuk, acuh
  e. Orang tua otoriter
  f. Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
  g. Kurangnya kehidupan beragama.

Lingkungan Sekolah :
a. Sekolah yang kurang disiplin
b. Sekolah terletak dekat tempat hiburan
c. Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d. Adanya murid pengguna NAPZA.

Lingkungan Teman Sebaya :
a. Berteman dengan penyalahguna
b. Tekanan atau ancaman dari teman.

Lingkungan Masyarakat / Sosial :
a.    Lemahnya penegak hukum
b.    b. Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
Faktor – faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat seseorang kelak menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktor – faktor diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA.

GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN NAPZA
1. Perubahan Fisik :
  - Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
  – Bila terjadi kelebihan dosis (Overdosis ) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
  – Saat sedang ketagihan (Sakau) : mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, kejang, kesadaran menurun.
  – Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.
2.Perubahan Perilaku
  - Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.
  – Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas atau tempat kerja.
  – Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin.
  – Sering mengurung diri, berlama – lama di kamar mandi, menghidar bertemu dengan anggota keluarga yang lain.
  – Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh anggota keluarga yang lain.
  – Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan dengan polisi.
  – Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan, curigaan, tertutup, dan penuh rahasia.

KATEGORI PEMAKAI
Ketergantungan Primer :
q  Ciri-ciri Pemakai : Depresi, emosi tidak stabil.
q  Perlakuan : Terapi.
Ketergantungan Simptomatis :
       Ciri-ciri Pemakai : Kepribadian Antisosial, Psikopat (Merasa paling benar, Melawan hukum)
       Perlakuan : Dikenai sanksi hukum.
Ketergantungan Reaktif :
ü  Ciri-ciri Pemakai : Ingin coba-coba, Mudah sekali terpengaruh lingkungan dan tekanan.
ü  Perlakuan : Rehabilitasi perawatan.

TAHAPAN
1. COBA-COBA (EXPERIMENTATION)
  Pada tahap ini, individu merasa yakin dapat mengendalikannya. Hal tersebut merupakan KEYAKINAN YANG KELIRU.
2. PENGGUNA RUTIN (ROUTINE USE).
  Pengguna mulai memusatkan hidupnya pada NAZA.
  Mengalihkan perhatian pada NAZA.
  Mulai mencuri untuk mendapatkan NAZA.
3. KETERGATUNGAN (ADDICTION)
  Tidak kuasa untuk menolak.
  Jika pemakaian dihentikan, adanya ketergantungan fisik dan psikis (gejala putus zat), maka : ketagihan tidak dapat ditunda.
  Biasanya jadi overdosis.

DAMPAK PENYALAHGUNAAN NAPZA. NAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya :
1. Komplikasi Medik : biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan cukup lama. Pengaruhnya-pada:

a. Otak dan susunan saraf pusat :
-gangguan-daya-ingat
-gangguan-perhatian/konsentrasi
-gangguan-bertindak-rasional
-gangguan-perserpsi-sehingga-menimbulkan-halusinasi
-gangguan-motivasi,sehingga-malas-sekolah-atau-bekerja
- gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik / buruk.

b. Pada saluran napas : dapat terjadi radang paru (Bronchopnemonia). pembengkakan paru (Oedema Paru )
c. Jantung : peradangan otot jantung, penyempitan pembuluh darah jantung.
d. Hati : terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum suntik, hubungan seksual.
e. Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV / AIDS.
Para pengguna NAPZA dikenal dengan perilaku seks resiko tinggi, mereka mau melakukan hubungan seksual demi mendapatkan zat atau uang untuk membeli zat. Penyakit Menular Seksual yang terjadi adalah : kencing nanah, raja singa (Siphilis) dll. Dan juga pengguna NAPZA yang mengunakan jarum suntik secara bersama – sama membuat angka penularan HIV / AIDS semakin meningkat. Penyakit HIV / AIDS menular melalui jarum suntik dan hubungan seksual, selain melalui tranfusi darah dan penularan dari ibu ke janin.
F. Sistem Reproduksi : sering terjadi kemandulan.
g. Kulit : terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan jarum suntik, sehingga mereka sering menggunakan baju lengan panjang.
h. Komplikasi pada kehamilan :
-Ibu:anemia,infeksivagina,hepatitis,AIDS.
-Kandungan:abortus,keracunan-kehamilan,bayi-lahir-mati
- Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah.

2. Dampak Sosial :
a. Di Lingkungan Keluarga :
  Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering terjadi pertengkaran, mudah tersinggung.
  Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.
  Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak tertib, hidup bebas) dan menjadi aib keluarga.
  Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah atau pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, kesulitan keuangan.
  Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat untuk biaya pengobatan dan rehabilitasi.

b. Di Lingkungan Sekolah :
  · Merusak disiplin dan motivasi belajar.
  · Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar.
  · Mempengaruhi peningkatan penyalahgunaan diantara sesama teman sebaya.

c. Di Lingkungan Masyarakat :
  · Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari pengguna / mangsanya.
  · Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang telah menjadi ketergantungan.
  · Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian, pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah.
  · Meningkatnya kecelakaan.

UPAYA-PENCEGAHAN-PENYALAHGUNAAN-NAPZA
YANG DAPAT DILAKUKAN SARJANA PSIKOLOGI
:

  MODERATOR DALAM DISKUSI KELOMPOK REMAJA TENTANG UPAYA MENINGKATKAN KONSEP DIRI DAN KEPERCAYAAN DIRI, MENGAPLIKASIKAN VISI MISI, DAN UPAYA MENOLAK TEKANAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA YANG MEMBERIKAN PENGARUH BURUK.
  PEMBICARA DALAM PERTEMUAN ORANGTUA –SISWA – SEKOLAH TENTANG BAHAYANYA KENAKALAN REMAJA DAN KOMUNIKASI ASERTIF.
  MEMBUAT LEAFLET YANG MENARIK TENTANG BAHAYANYA KENAKALAN REMAJA.
  FASILITATOR UNTUK ‘KAMPANYE ANTAR TEMAN’
MEMBERIKAN PEMAHAMAN PENTINGNYA BERKELUARGA DALAM PERTEMUAN ORANGTUA-SISWA-SEKOLAH.
1. Orangtua diharapkan mengasuh anak dengan baik, tipe parenting demokratis yaitu penuh kasih sayang, penanaman disiplin yang baik, ajarkan membedakan yang baik dan buruk, mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab, mengembangkan harga diri anak, dan menghargai jika berbuat baik atau mencapai prestasi tertentu.
2.Ciptakan-suasana-yang-hangat-dan-bersahabat. Hal ini membuat anak rindu untuk pulang-ke-rumah.
3. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
4.Orangtua-menjadi-contoh-yang-baik.
Orang tua yang merokok akan menjadi contoh yang tidak baik bagi anak.
5.Kembangkan-komunikasi-yang-asertif-yaitu Komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan menghormati pendapat anak.
6.Memperkuat-kehidupan-beragama.
Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.
7. Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat berdiskusi dengan anak.
MEMBERIKAN PEMAHAMAN PENTINGNYA KERJASAMA PIHAK SEKOLAH UNTUK MENGHENTIKAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DALAM PERTEMUAN ORANGTUA-SISWA-SEKOLAH:
  1. Upaya terhadap siswa :
  · Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat penyalahgunaan NAPZA.
  · Melibatkan siswa dalam perencanaan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di sekolah.
  · Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan ketrampilan yang positif untuk tetap menghidari dari pemakaian NAPZA dan merokok.
  · Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa ( ekstrakurikuler ).
  · Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling.Membantu siswa yang telah menyalahgunakan NAPZA untuk bisa menghentikannya.
  · Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari – hari.
Upaya untuk mencegah peredaran NAPZA di sekolah :
  Razia dengan cara sidak
  Melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk lingkungan sekolah
  Melarang siswa ke luar sekolah pada jam pelajaran tanpa ijin guru
  Membina kerjasama yang baik dengan berbagai pihak.
  Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan pulang sekolah.


MOOD DISORDER (GANGGUAN MOOD)
Depresi : merupakan respon normal kecuali berkepanjangan, dapat mengganggu aktivitas.
EMOTIONAL SYMPTOMS
       Bentuk :
       Kesedihan mendalam.
       Merasa terhina, tersinggung, dan tersingkir.
       Merasa tidak berdaya.
       Merasa terasing.
       Kecemasan dan stress berkepanjangan.
       Mudah untuk menangis.
MOTIVATIONAL SYMPTOMS
       Kehilangan keinginan untuk partisipasi dalam kegiatan yang biasa dilakukan.
       Motivasi rendah dalam kegiatan apapun, misal : mo mandi aja malessss..
       Kurang inisiatif.
       Mengalami kemunduran dalam dirinya.
       Menarik diri.
SOMATIC SYMPTOMS (Gejala Fisik)
       Pusing kepala.
       Gangguan pencernaan.
BEHAVIOURAL SYMPTOMS
       Aktivitas menurun.
       Tidak energik.
COGNITIVE SYMPTOMS
       Mempunyai pikiran negatif tentang dirinya.
       Cenderung menyalahkan dirinya secara berlebihan.
       Pandangan/harapan buruk tentang masa depan.
       Mudah putus asa.
       Suka menunda apapun.
       Suka mengeluh.
ANXIETY DISORDER (GANGGUAN KECEMASAN)
       Jika normal, tidak berbahaya. Dapat meningkatkan motivasi atau menghadapi bahaya yang mengancam. Menjadi patologis bila berlebihan, yaitu:
PHOBIC DISORDERS (GANGGUAN FOBIA).
       Ketakutan yang tetap dan tidak rasional terhadap objek, aktivitas, simbol tertentu yang bagi kebanyakan orang sangat tidak berbahaya.
       AGOROPHOBIA : ketakutan pada tempat umum yang tidak dikenalnya.
       SOCIALPHOBIA : Ketakutan pada situasi sosial, berkaitan dengan hubungan terhadap orang lain.
       ARACHNOPHOBIA : ketakutan pada laba-laba.
       ORNITHOPHOBIA : ketakutan pada burung.
GENERALIZED ANXIETY DISORDERS (Berhubungan dengan reaksi fisik).
Tanda :
       Ketegangan otot.
       Gemetar.
       Tergopoh-gopoh.
       Gelisah.
       Mudah lelah dan tertekan.
       Mudah tersinggung.
       Diare.
       Jantung berdebar.
       Sulit berkonsentrasi.
PANIC DISORDERS : Individu yang mengira terteror sesuatu, padahal tidak ada apa-apa.
OBSESIVE COMPULSIF :
       Obsesif : pikiran yang mengganggu, tetapi maunya tidak mau dipikirkan.
       Kompulsif : desakan dari hati yang tidak tertahan untuk melakukan sesuatu / ritual tertentu.
       Misal : obsesif pada penyakit, kompulsifnya mandi berkali-kali atau cuci tangan berkali-kali.
       Obsesif pada keamanan, kompulsifnya sering mengecek pintu berkali-kali.
POST TRAUMATIC STRESS DISORDERS
       Penyebab : gempa bumi, kecelakaan, kebakaran.
       Gejala :
v  Respon untuk menghidupkan kembali ingatan / peristiwa yang traumatis. Bentuknya mimpi buruk.
v  Avoidance. Menghindari aktivitas/ situasai yang mengingatkan kembali pada kejadian traumatis.
v  Daya response menurun pada dunia luar. Individu cenderung dingin dan kaku.
v  Meningkatnya kecemasan, merasa bersalah, dan arousal ( keterbangkitan waspada).
SOMATIZATION DISORDER
       Keluhan fisik yang berulang-ulang dan bertahan lama. Diobati secara fisik tidak hilang. Bila kecemasan dan tekanan hilang, penyakit itu juga hilang.
PARAPHILIAS.
       Mempunyai ransang seksual yang berbeda dengan orang normal).
Yang termasuk paraphilias :
       FROTTEURISM (MASHING) : Rangsangan seksual dengan menggesekkan alat kelamin pada wanita didepannya, misal terjadi saat berdesak-desakkan di bus.
       EXHIBITIONISM : Pria suka memperlihatkan alat kelaminnya pada orang asing. Tujuan: Mendapatkan kepuasan atau rangsang seksual bila orang lain terkejut atau menjerit.
       FETISHISM : Mendapatkan rangsangan atau kepuasan seksual dengan memakai benda-benda dari lawan jenis (wanita), misal : pakaian dalam atau stocking.
       TRANSVETIC FETISHISM : Individu berpakaian atau bertindak seperti lawan jenisnya.
       VOYEURISM (SKOPOFILIA) : Individu harus melihat / mengamati perilaku seks/ketelanjangan orang lain untuk mendapatkan rangsangan seks, misal : mengintip. Membuka situs porno.
       PEDOPHILIA : Kepuasan seksual dengan anak kecil.
       SEXUAL MEASOCHISM : Mendapatkan rangsang seksual dengan cara disakiti oleh pasangan seksualnya, misal dipukuli atau dicambuk.
       SEXUAL SADISM : Mendapatkan rangsang seksual dengan cara disakiti pasangan seksualnya.
SEXUAL DYSFUNCTION
(KETIDAKMAMPUAN SEKSUAL)
       Berkaitan dengan ketidakmampuan berhubungan dengan lawan jenis.
       Dipengaruhi : usia (faktor fisik), hormon dan saraf (faktor nonfisik).
       IMPOTENSI, ketidakmampuan laki-laki melakukan coitus. 90% penyebabnya dari psikologis.
       EJAKULASI PREMATUR, pencapaian orgasme dan ejakulasi tidak pada waktunya.
       FRIGIDITAS, hambatan respon seksual pada perempuan.
       DISPARENIA : Ketegangan otot alat kelamin wanita saat coitus sehingga merasa sakit saat hubungan karena takut tau tidak nyaman.

1 komentar:

  1. Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.

    BalasHapus